Setelah kami
semua berpisah pasca kegiatan di Manokwari pada bulan September, awal November
kami dihubungi untuk mengikuti kegiatan
Shadowing
di beberapa kementerian di Jakarta. Ada 10 orang yang akan berangkat terlebih
dahulu pada hari minggu, 25 November 2018. Tetapi karena saya kebiasaan
jet lag saya berpikir untuk berangkat 1
hari sebelumnya, setelah melihat jadwal liga 1 ternyata ada pertandingan Persija
Jakarta vs Sriwijaya FC pada hari sabtu, saya langsung menghubungi pihak
panitia untuk berangkat lebih cepat dari jadwal, setelah tiket pesawat oke saya
langsung menghubungi teman saya Wahyu di Jakarta untuk membeli 2 tiket
pertandingan kategori 1 sekaligus membantu saya nantinya untuk menonton
pertandingan di stadion Wibawa Mukti, Cikarang.
Baca juga
SED2018 Bagian 1 TERPILIH MENJADI PESERTA KETIKA BERADA DI LAUTAN PADAIDO DAN MEMPERSIAPKAN BERKAS DI KOTA SORONG
Pagi hari Sabtu,
24 November 2018 saya berangkat dari bandara Sentani, Kabupaten Jayapura,Papua
menuju bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang,Banten. Setelah menempuh penerbangan
5 Jam 45 menit sayapun sampai di Tanggerang, saat turun dari pesawat dan
berjalan ke ruang kedatangan saya sempatkan foto dengan bendera The JakMania
Papua dengan latar belakang pesawat-pesawat yang sedang parkir. Setelah itu
sesuai arahan teman saya Wahyu, saya langsung membeli tiket damri tujuan
terminal Cikarang. Cukup lama menunggu bus sekitar 1 jam lalu menempuh
perjalanan selama 2 jam ke Cikarang, saya memang berencana masuk ke stadion
pada babak ke-2 sehingga otomatis perjalanan akan sedikit lama. Bagaimana
tidak? Setelah menempuh penerbangan melintasi beberapa pulau harus dilanjutkan
memakai kendaraan darat (damri) melintasi 3 Provinsi (Banten, DKI Jakarta, Jawa
Barat), setelah tiba di terminal Cikarang saya melanjutkan perjalanan memakai
jasa Gojek ke sebuah warung di depan jalan masuk stadion wibawa mukti. Setelah
sampai disana dan bertemu teman saya Wahyu, lalu kami berjalan masuk ke pintu
masuk stadion. Sempat bertemu beberapa supporter Sriwijaya FC dan mengajak foto
bersama, begitu juga setelah sampai di stadion saya foto di papan nama stadion
terlebih dahulu karena katanya kalau usai pertandingan nanti tidak bisa foto
akibat banyak orang yang berjalan keluar. Saya dan Wahyu lalu masuk ke dalam
stadion, tiket kami kategori 1 di bagian kanan namun karena disana tempatnya
supporter tim tamu maka kami diarahkan ke kategori 1 bagian kiri.
Baca Juga
PERTAMA KE JAKARTA KARENA SCHOOL OF ECO DIPLOMACY 2018
Ini
pengalaman pertama saya Nonton Persija di luar Papua, usai menonton Persija
Jakarta VS Sriwijaya FC yang berakhir dengan kemenangan gol Maman Abdurahman
dramatis di menit akhir yang membuat skor menjadi 3:2 saya lalu mengikut
temannya Wahyu memakai motor dari Cikarang ke Jakarta Pusat, Wahyu bersama
adiknya juga menemani kami. Perjalanan 2 jam dengan hujan deras sepanjang
perjalanan membuat baju dan celana serta sepatu yang saya kenakan basah kuyup,
setelah sampai di penginapan saya lalu menghubungi adik saya Yusmina Kurni
untuk menjemput saya membeli sepatu dan mencari makan karena sejak pagi dari
Jayapura saya belum makan apapun. Jam 12 malam kamipun ke daerah tanah abang
membeli sepatu dilanjutkan dengan ke Jakarta Timur di kos-kosan Yusmina untuk
istirahat lalu saya bersama seorang
saudara laki-lakinya mencari makan malam di daerah Jakarta Selatan. 3
Porsi Lalapan Lele bersama 2 gelas extra joss susu langsung saya lahap untuk
mengisi kekosongan perut, setelah itu kami balik ke Kos-kosan dan saya pulang
pada pagi harinya. Jam 10 saya Check-out dari penginapan lalu menuju ke Senayan
City untuk bertemu 2 teman saya Meggy dan Ikkin, Meggy merupakan teman yang
sempat saya ceritakan di seri ke-3 cerita SED2018. Setelah dari Senayan City
sekitar jam 2 lalu Ikkin mengantar saya ke Wisma YTKI (Yayasan Tenaga Kerja
Indonesia) penginapan kami, tampak disana teman-teman telah sampai. Saya
sekamar bersama ade Edo, setelah istirahat sejenak hingga sore hari lalu
dilanjutkan dengan makan malam dan briefing serta pembagian uang transport
untuk
Shadowing pada keesokan
harinya. Lagi-lagi saya sekelompok bersama Jaquelin, teman kelompok saya saat
Live-in di Pegunungan Arfak beberapa
bulan sebelumnya. Kami berdua ditempatkan di Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
Senin, 26
November 2018 alarm HP berbunyi, sayapun terbangun lalu berdoa dan mandi serta
sarapan. Setelah bersiap-siap saya dan Jaquelin memesan Gojek di masing-masing
HP kami untuk menuju ke kantor KLHK,
Shadowing
hari pertama kami berdua ditempatkan di Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial
dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Kami mendapatkan kesempatan untuk mengikuti diskusi Bersama Gerakan Masyarakat
Pesisir Indonesia (Germapin). Selain itu kami juga mengikuti diskusi bersama
beberapa staff di Dirjen PSKL KLHK, hal paling kocak adalah ketika saya dan
Jaqualine tiba lalu melapor dan kami berdua dikira sebagai Pembina pramuka.
Setelah sampai jam 15:30 lalu kami diijinkan pulang karena jam kantor sudah mau
selesai, akhirnya bersama Kaka Defan dan Edo kami memesak Go-car untuk pulang
kembali ke Wisma YTKI. Setelah sampai kami beristirahat lalu pada malam harinya
membuat laporan kegiatan
shadowing
hari pertama dan diskusi untuk rencana
Shadowing
hari ke-2.
Shadowing hari ke-2 saya
dan Jaqualine menjalani shadowing di Direktorat Mitigasi dan Perubahan iklim
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Di sana kami berdua berdiskusi
tentang REDD++ di Indonesia bersama Kepala Seksi Pemantauan dan Evaluasi Redd+
Dinik Indrihastuti, berserta jajarannya. Diskusi kami berakhir jam 12:45 karena
kami harus segera ke loby utama KLHK untuk bertemu Kaka Defan dan Edo untuk
bersama-sama menuju ke Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian
Perubahan Iklim (UKP-PPI), Menteng, Jakarta Pusat. Setelah bertemu kami
kemudian berjalan bersama-sama menuju ke stasiun Palmerah, setelah berjalan
kaki sekitar 10 menit lalu Jaqualine membeli tiket tujuan stasiun Jakarta Kota.
Setelah itu kami ikut Kereta, hampir saja kami ikut kereta kembali ke Bogor
akibat dari tidak turun di pemberhentian berikutnya setelah stasiun Palmerah,
akhirnya kami kembali ke stasiun Palmerah dan menanyakan pada petugas disana,
setelah diarahkan barulah kami paham dan ikut kereta sampai di stasiun Jakarta
Kota setelah berpindah kereta di 2 stasiun. Setelah itu kami berempat
melanjutkan perjalanan menggunakan Gocar ke Kantor Utusan Khusus Presiden untuk
Pengendalian Perubahan Iklim (UKP-PPI), Menteng, Jakarta Pusat. Sampai disana
kami menunggu sekitar 20 menit lalu kami mendengarkan pemaparan Asisten UKP-PPI
Moekti Handajani Soejachmoen mengenai sejarah kerja sama antar negara dalam
mengendalikan perubahan iklim. Moekti juga memberikan gambaran persiapan
Indonesia dalam COP-24 mendatang. Meski pemaparan belum selesai, peserta School
of Eco Diplomacy silih berganti bertanya. Usai mengikuti materi hingga selesai
kami sempatkan foto bersama di depan kantor sebelum akhirnya balik ke Wisma
YTKI.
baca juga
DARI KLHK HINGGA SEKRETARIAT THE JAKMANIA
Setelah selesai
Shadowing selama 2 hari, kami masih punya 2 agenda lagi yaitu kunjungan ke
kantor kedutaan besar Norwegia pada hari rabu dan kamisnya kami mengikuti
kuliah umum SED2018 di Ballroom YTKI. Hari selasa juga kami kedatangan
teman-teman kami lainnya yang tidak mengikuti
Shadowing, setelah semuanya berkumpul kami bercerita melepas rindu
sambil makan malam dan juga membahas proses kunjungan ke Kedutaan besar
Norwegia. Pada malam itu juga saya bersama Havi dan Edo sempat berjalan-jalan
sebentar menikmati malam di Jakarta. Hari rabu pagi kami kemudian menuju ke
kantor kedutaan besar Norwegia menggunakan sebuah bus, setelah sampai di sebuah
gedung kami kemudian masuk dan menunggu sekitar 1 jam (ternyata di gedung ini digunakan
oleh beberapa kantor termasuk beberapa kedutaan). Kami kemudian bertemu
Konselor Kedutaan Besar Norwegia untuk Indonesia
Øyvind Dahl memberikan pemahaman pentingnya
keberadaan hutan. Kepada peserta School of Eco Diplomacy, Dahl bertanya mengapa
deforestasi bisa terjadi. Jawaban yang Dahl terima beraneka ragam, salah
satunya karena perusak hutan tak memiliki nilai kemanusiaan. Dalam kesempatan yg sama, Dahl mengapresiasi deklarasi Provinsi Berkelanjutan
yg digaungkan oleh Provinsi Papua Barat. Sementara itu, peserta School of Eco
Diplomacy berharap tahun berikutnya School of Eco Diplomacy dapat kembali
diselenggarakan. Setelah itu kami berfoto bersama lalu kembali ke Wisma YTKI,
setelah sampai di wisma YTKI kami kemudian beristirahat sejenak hingga makan
malam lalu kami menuju ke Ballroom YTKI untuk mempersiapkan kegiatan Kuliah
umum sekaligus penutupan SED2018.
Baca Juga
PEGUNUNGAN ARFAK YANG MEMPESONA
Kegiatan kuliah
umum sekaligus penutupan SED2018 pun dimulai, diisi dengan nyanyian dan tarian
dari kami para peserta SED2018. Materi kuliah umum sendiri disampaikan oleh
Kepala Pusat Pelatihan Masyarakat dan Pengembangan Generasi Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Cicilia Sulastri, Walikota Bogor
Bima Arya dan Selebriti Tasya Kamila sebagai kaum Millennial serta Chef Toto
dari Papua Jungle Chef. Usai materi dilanjutkan dengan Tanya jawab, mewakili
peserta SED2018 saya dan Eka Meynia mendapatkan kesempatan pertama untuk
bertanya kepada para pemateri. Usai Tanya jawab dilanjutkan dengan pengumuman
peserta yang terpilih mengikuti konferensi perubahan iklim di Polandia, dan
teman kami Alfa Ahoren merupakan peserta yang mendapat tiket emas tersebut.
usai pengumuman dilanjutkan dengan foto bersama dan makan bersama, Chef Toto
juga sempat menampilkan cara masak dengan bahan alam tanpa merusak alam untuk
disaksikan oleh para peserta kuliah umum.
Usai semua acara
pada sore hari kami kemudian beristirahat sejenak di kamar masing-masing, sore
harinya saya pergi ke PersijaStore untuk membeli sebuah Tumbler dan Mangkok
Persija sebagai ole-ole untuk dibawah pulang ke Papua. Setelah itu balik ke
wisma YTKI untuk makan malam, usai makan malam teman saya Mbot sudah menjemput
saya mengajak jalan-jalan. Kami berdua kemudian pergi ke rumah Mbot, lalu kami
ke lapangan futsal setelah itu kami mencari makan malam, Mbot mengajak saya
makan nasi bebek yang sangat pedis, setelah itu kami kemudian balik ke wisma
YTKI. Di Wisma Jaqueline dan Silvo serta kaka Defan dan Leni mengajak saya
jalan-jalan, kamipun janjian untuk jalan pada malam nanti mengingat itu
merupakan malam terakhir kita bersama-sama di Jakarta. Jam 11 malam kami
berempat (Saya, Jaqueline, Leni dan Kaka Defan) menggunakan Gocar menuju ke arah
Sarinah untuk nongkrong di Starbucks, saat berjalan menuju ke ATM saya sempat
bertemu seorang kawan asal Kamerun yang mengajak saya berbicara dengan pacarnya
lewat telepon. Saat kami masuk ke Starbucks tidak beberapa lama kemudian teman
kami Leni merasa kurang enak badan, dia mau pamit duluan. Sayapun mengantar
Leni sambil menunggu Silvo, setelah itu saya dan Silvo masuk bergabung bersama
Jaquelin dan kaka Defan. Kami bercerita hingga kira-kira jam 1:30 lalu kami
berjalan kaki ke Bundaran HI, dalam perjalanan Jaqueline dan Kaka Defan sempat panik
akibat diganggu sopir Grab, lebih parahnya adalah panggilan alam (buang air
kecil) yang membuat saya dan Silvo harus membangunkan para polisi di pos
Bundaran HI agar kami bisa buang air. Setelah itu kami kemudian foto-foto di
bundaran HI dan nongkrong sampai jam 3 lalu kami balik ke Wisma YTKI, namun
sebelum masuk ke wisma YTKI lewat belakang kami berempat singgah terlebih
dahulu di sebuah warung untuk mengisi perut hingga adzan subuh berbunyi lalu
kami masuk beristirahat di Wisma YTKI. Pagi hari setelah sarapan kami harus
segera check-out dari wisma, kamipun diarahkan menuju ke kantor EcoNusa untuk
mengikuti evaluasi program. Usai evaluasi program kami kemudian makan bersama
lalu diijinkan jalan-jalan, saya pergi ke pasar tanah abang membeli beberapa
baju untuk adik-adik saya, disana saya sempat tersesat hingga 1 jam lebih. Setelah
itu balik kembali ke Kantor Econusa dan jam 6 kami semua menuju ke bandara
untuk berangkat kembali ke daerah masing-masing, lagi-lagi saya satu
penerbangan dengan Jaqueline di terminal 3, kami berdua setelah lapor check-in
tiket kemudian sempatkan waktu makan di McDonald sambil Video Call bersama
teman-teman lainnya. Setelah makan saat hendak berjalan ke arah ruang tunggu
ternyata kami disuruh segera lari karena pesawat kami berada di Gate 20, saat
turun dari escalator saya melihat kami berada di Gate 3, artinya kami harus
segera berlari melewati 17 gate. Saya dan Jaqueline kemudian berlari menuju
Gate 20, kami menerima panggilan dari pihak maskapai lewat speaker sebanyak 2x
saat kami lari kesana.
sampai disana
dengan sangat lelah ternyata penumpang masih antri untuk masuk kedalam pintu
pesawat, kami berdua kemudian tertawa bersama sejenak sebelum masuk ke dalam
pesawat. Akhirnya saya dan Jaqueline terbang pada 30 November 2018 malam dan
tiba kembali di Jayapura pada 1 Desember 2018 bertepatan dengan peringatan hari
kemerdekaan Papua Barat lalu kami naik taksi untuk pulang ke rumah
masing-masing, banyak hal yang saya dapatkan usai mengikuti SED2018 salah
satunya kini saya sudah menggunakan dan membawa tumbler saya kemanapun saya
pergi, selain itu setiap berbelanja di supermarket barang belanjaan selalu saya
isi dalam tas ransel selain untuk mengurangi sampah plastic juga agar tidak
ketahuan kalau baru selesai belanja sama teman-teman kos.
baca juga
MANOKWARI YANG PENUH KENANGAN
TERIMA KASIH
BANYAK ECONUSA UNTUK PROGRAM SCHOOL OF ECO DIPLOMACY
#BERADAT
#JAGAHUTAN #HUTANPAPUA
Comments
Post a Comment