Skip to main content

Featured

41 Hari (Puisi)

41 HARI Kaimana... Orang mengenalnya sebagai kota senja.. Tapi bagiku, kota penuh sejarah... Dengan beribu kisah Bagaikan uniknya kolam sisir Begitupula eksentriknya tanah air Inilah cinta yang Fitri Sebagai harapan adanya Gentrifikasi Indahnya Namatota bagai Bagaskara... Begitu eloknya Triton nan Baswara Harapan rakyat jelampah Lara muak Sadrah  Sanubariku terus dirundung  Bagaimana harapan temaram Tetapi weharima di kampung-kampung Terus dijaga tanda tak karam Pesona Kiruru menuju Bamana  Terus menerus hadir di isi kepala Kehidupan di Lakahia  Serta Omba Nariki jadi saksi hari bahagia Murano, Lumira dan Nanggaromi terus menanjak Pertanda raga tak sampai puncak Indurasmi menemani malam di Mai-mai Serta Kamaka dengan Swastamita yang permai Tak Lupa kisah Kayu merah penuh toleransi  Genggam erat cinta di kaki gunung Emansiri Inilah kehidupan di tanah Nugini Kisah tentang 41 hari... Adrenalin berpacu di Tanjung Nabima Tentang rasa dan asa Untuk semua orang baik Tu...

SED 2018-Bagian 2 (Pertama ke Jakarta Karena School Of Eco Diplomacy)



Senin, 3 September 2018, Saya menuju ke bandara sentani di kabupaten Jayapura. Hari itu saya sangat gembira sekaligus was-was karena ini adalah sebuah pilihan dengan konsekuensi yang tidak main-main, yaitu tidak wisuda di tahun 2018. Saya teguh dengan pendirian saya tetap mengikuti School of Eco Diplomacy 2018 dengan durasi hampir 1 bulan penuh diluar kota Jayapura.
Sehari sebelumnya (2/9) saya menyiapkan beberapa perlengkapan untuk digunakan selama di Jakarta, Pegunungan Arfak dan Manokwari nantinya. Setelah beberapa barang yang saya butuhkan sudah tercukupi saya memutuskan untuk pulang, namun ada satu hal yang saya lupa yaitu memotong rambut saya. Jam sudah menunjukkan pukul 22:10 WIT dimana pelayanan taksi abe-waena sudah mulai berkurang dan pangkas-pangkas rambut sudah mulai tutup, saya akhirnya memutuskan untuk pergi ke teman saya Ortis Waromi di padang bulan untuk menggunting rambut. Jam 23:47 WIT proses pengguntingan dimulai hingga 00:23, beruntung waktu pulang ke kos ada Kakak Austen yang lewat pakai mobil sehingga saya bisa diantar sampai di kos.

baca juga Terpilih menjadi Peserta SED2018 saat di laut perairan Padaido dan mempersiapkan berkas di Kota Sorong
Tidak tidur sampai pagi dan langsung ke bandara, dalam hati saya sangat bersukacita karena ini akan menjadi pengalaman pertama saya mengikuti kegiatan nasional sekaligus bisa ke Jakarta secara gratis. Sebuah impian yang sudah lama saya gumuli, akhirnya sayapun naik taksi ke Bandar udara Sentani di Kabupaten Jayapura. 2x naik taksi dari kos dengan membawa 2 buah ransel, sampai di Bandara langsung check-in dan menuju ke ruang tunggu, beruntung waktu itu maskapai Lion Air belum menerapkan tarif bagasi berbayar sehingga 1 ransel bisa saya masukkan ke bagasi. Ternyata pesawat kami delay, saya pun menunggu di ruang tunggu sambil chat lewat Whatsapp dengan salah satu peserta School Of Eco Diplomacy lainnya Jaqueline Onim. Setelah bertemu Jaqueline kami mencoba menghubungi 2 teman lainnya yang juga berasal dari Jayapura yaitu Ratih Amalia Lestari dan Leni Tabuni, namun tidak mendapat respon dari mereka. Saat saya dan Jeklin (panggilan Jaqueline) jalan dari ruang tunggu menuju pesawat, tampak seorang wanita menenteng tas dan sebuah sleeping bag. Kami pun bertanya dan coba berkenalan dengannya, ternyata dia adalah Leni Tabuni salah satu teman kami juga. Kami pun sempat berfoto selfie menggunakan HP milik Leni, sampai di dalam pesawat tampak seorang ibu berjilbab duduk disamping saya. Ibu itu bertanya kemana tujuan saya, saya pun menjawab ke Jakarta. Ternyata wanita itu adalah Ratih teman kami yang saya kira seorang ibu-ibu, kami pun terbang dari bandara Sentani menuju bandara Sultan Hasanudin, Makassar.

 Ketika pesawat hendak landing di Bandara Sultan Hasanudin, saya sangat takut dengan turbulensi yang kami alami hingga air minum dalam botol yang saya kantongi dalam noken (tas rajut Papua) tumpah membasahi celana saya. Kami hanya transit 30 menit di Makassar lalu melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Kami baru sampai di Jakarta sekitar jam 3 sore waktu setempat atau sudah jam 5 sore waktu Papua, kami ber-4 selanjutnya berjalan dari terminal 1A Bandara Soekarno-Hatta ke terminal 1B dimana para peserta lainnya menunggu kami, sebagai seorang pria saya harus rela mendorong troli yang berisikan tas-tas 3 teman wanita saya meskipun agak berat. Kami pun menuju teman-teman lainnya yang menunggu kami untuk selanjutnya dijemput ke penginapan (bersambung)

Comments

  1. Luar biasa kaka, sangat termotivasi dengan tulisan KakašŸ™šŸ¼šŸ™šŸ¼

    ReplyDelete
  2. Luar biasa kaka, sangat termotivasi dengan tulisan KakašŸ™šŸ¼šŸ™šŸ¼

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts