PENDAHULUAN
Mahasiswa
merupakan sapaan ataupun sebutan bagi mereka yang sedang menempuh pendidikan di
perguruan tinggi, Mahasiswa biasanya identik dengan seorang anak muda yang
begitu memiliki semangat yang membara. Memang tidak semua pemuda adalah
mahasiswa, tetapi mayoritas mahasiswa adalah pemuda. Mahasiswa dituntut bukan
hanya untuk sibuk di dalam ruang kuliah tetapi juga bisa turut ambil bagian
bersama masyarakat dalam masa kuliahnya, seperti lewat program kuliah kerja
nyata (KKN) ataupun turun jalan membela hak rakyat lewat aksi-aksi demonstrasi
secara damai.
Namun,
Mahasiswa tidak harus selalu turun ke jalan menyuarakan kepentingan rakyat
kepada pemerintah. Mahasiswa juga dituntut untuk bersinergi dengan masyarakat
sekitar lewat tindakan-tindakan secara langsung yang menyentuh akar rumput
masyarakat tanpa perantara, atau dengan kata lain tanpa memakai penghubung
untuk bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini biasa disebut dengan
“bekerja bersama rakyat” di kalangan mahasiswa, atau lebih simpelnya “Turun ke
Kampung”.
Masih ada banyak yang terpencil dan
termarjinalkan dipelosok membutuhkan uluran tangan langsung para pemuda negeri
ini, bukan hanya sekedar menyambungkan suara mereka dari desa-desa ke jalanan
kota dengan teriakan lantang. Mahasiswa dituntut tidak hanya riuh bersuara di
kota dan larut dalam diksi heroik yang tak berdampak kepada masyarakat akar
rumput. Diskusi konsumtif di Café dan di kampus dengan habitus nyinyir tanpa
tindakan sejatinya juga adalah bagian dari kleptokrasi. Mahasiswa dan pemuda
memang diwajibkan untuk kritis, sayangnya kita intens hanya kritis di dunia
maya. Turunlah ke kampung dengan membawa misi leluhur dan penguatan dari sana.
Kampung
atau desa adalah bentuk pemerintahan paling kecil dimana mayoritas rakyat
Indonesia berasal dari sana, harusnya para pemuda melihat kampung sebagai objek
pembangunan kerakyatan. Bukan sekedar kampung yang kuno, karena di kampung
tersedia berbagai hal untuk dikelola sesuai dengan kekayaan kampung kita
masing-masing. Paradoks “kampung itu tidak penting” adalah narasi yang tercipta
karena habitus kita yang terlalu tertuju dengan manuver di kota. Semangat asli
kampung sedang dieksploitasi oleh besaran dana dengan beragam kemasan, kemasan
yang menawarkan kenikmatan semu karena keserakahan. Kearifan lokal terus
tergerus, kampung selalu dipandang sebelah mata. Padahal sejatinya semua sektor
harus mengarahkan perhatian dan gerakan ke kampung atau desa.
Sebagai
mahasiswa, dimensi intelektualitas harus kita lengkapi dengan dimensi
pergerakan yang misioner. Semangat pergerakan pemuda dan mahasiswa, hendaknya
adalah semangat keberpihakan yang beraroma rakyatisme yang kiblatnya adalah
kampung. Pemuda bukan hanya sekedar bermain narasi di dunia maya tentang
kampung, tetapi turun langsung ke kampung bertindang nyata bersama rakyat tanpa
mendapat iming-iming jabatan apalagi “isi amplop”. Pergerakan nyata di dunia
nyata haruslah secara nyata berdampak, tetapi sebelum ada dampak haruslah ada
inisiatif dari masing-masing individu terlebih dahulu. Setelah inisiatif individu
maka akan menuju kepada kesadaran dan inisiatif secara kelompok, jika turun ke
kampung dilakukan secara kesadaran yang mendalam bagi tentunya akan berdampak
nyata tanpa berharap timbal balik. Kebebasan dan kemerdekaan memiliki esensi
berbeda, yang satu adalah tujuan dan yang satunya adalah prasyarat. Namun
keduanya membutuhkan sentuhan yang bernama GERAKAN bukan ilusi, keduanya akan
tercapai jika gerakan seimbang. Jangan
hanya dominan di satu gerakan dan gerakan lainnya minimalis. Bergerak di
lapangan jangan disimplifikasi dan digeneralisasi hanya di jalan. Kita pun
harus bergerak dari dan ke kampung. Demonstrasi tidak selalu harus
diwujudnyatakan melalui pegang toa, kita pun harus memegang pena dan buku. Jika
tidak maka kondisi yang tercipta adalah “Bebas tapi tidak merdeka atau merdeka
tapi tidak bebas”.
PEMBAHASAN
Dunia di era saat ini memaksa kita untuk harus bekerja
sama serta membangun jejaring antar sesama, kita dituntut untuk tidak hanya
sekedar berbicara tetapi bertindak secara langsung. Inilah yang dinamakan
dengan melakukan sesuai apa yang dibicarakan, pemuda Indonesia adalah tulang
punggung bangsa untuk masa mendatang. Oleh sebab itu pemuda dan mahasiswa
haruslah bersinergi bersama rakyat terutama di kampung.
Ada beberapa hal yang wajib dilakukan oleh pemuda di
kampung, antara lain seperti membangun literasi dan perekonomian kerakyatan,
menyadarkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya sanitasi, mengajarkan
hal-hal yang tidak didapat anak-anak di perkampungan serta menyediakan
keperluan masyarakat kampung yang belum dapat dipenuhi pemerintah.
Ada 2 hal yang penting membedakan untuk diperhatikan bagi
pemuda atau mahasiswa yang hendak turun ke kampung. Yang pertama adalah mereka
yang merupakan mahasiswa dan pemuda yang memang berasal dari kampung tersebut,
kemudian secara kesadaran individu dan kolektif mau kembali membangun kampung
atau desanya. Yang kedua adalah mereka yang tidak berasal dari kampung
tersebut, biasanya terdiri dari para mahasiswa atau pemuda dari daerah
perkotaan ataupun para mahasiswa perantauan yang hendak turun membangun secara
mandiri di kampung. Dari dua hal ini ada sedikit perbedaan emosional dimana
anak muda yang memang kembali ke kampung asalnya untuk membangun tentunya sudah
memahami dan mengetahui karakteristik kampung halamannya, sehingga dengan akan
lebih mudah memetakan dan mengelompokkan serta mengatur strategi bagi
masyarakat. Serta sudah ada saling mengenal antar masyarakat dan pemuda
tersebut sehingga sulit untuk mendapatkan kecurigaan.
Sedangkan bagi mereka yang ingin berkontribusi dengan
turun ke kampung, namun tidak berasal dari kampung tersebut akan sedikit
memiliki kendala seperti belum adanya kesepahaman dan belum adanya ikatan
emosional antar pemuda dan masyarakat di kampung tersebut. Namun hal ini akan
cepat teratasi bilamana memang para pemuda turun ke kampung dengan hati yang
murni untuk membantu masyarakat, tentu saja masyarakat akan senang hati
menerima bantuan dari para pemuda bangsa ini yang turun ke kampung. Bukan saja
menerima tetapi juga akan sangat bangga karena para generasi penerus bangsa ini
mau terlibat bersama masyarakat di kampung yang jauh dari perkotaan, apalagi di
daerah pelosok dan terpencil yang bahkan terkadang pemerintahpun jarang
menyentuh langsung pelayanan kepada masyarakat disana. Namun dengan hadirnya
pemuda ini akan membuat rakyat di kampung-kampung terpencil seperti mendapatkan
secerca harapan bahwa anak muda bangsa ini juga peduli, bukan hanya peduli
dengan kata-kata tetapi juga dengan tindakan.
Anak-anak kecil usia sekolah dasar di kampung-kampung
terpencil biasanya memiliki satu kesulitan yang hampir sama. Yakni, kekurangan
tenaga mengajar. Jika saja para pemuda atau mahasiswa ketika libur kuliah tiba
langsung ke kampung tersebut untuk membantu sebagai tenaga pengajar, pastilah
permasalahan ini akan sedikit teratasi walau belum menjadi jalan keluar. Namun,
dengan inisiatif seperti itu tentu saja aka nada sensasi tersendiri bagi para
pemuda. Sehingga ketika mereka tiba di kota lalu turun ke jalan untuk melakukan
demonstrasi membela hak-hak rakyat, tentu saja mereka akan berbicara
berdasarkan realita yang pernah mereka alami secara langsung di perkampungan
yang didatangi mereka sendiri.
Pemuda akan lebih kuat ketika terjadi inisiatif kolektif
antar individu menjadi sebuah kelompok, karena dengan hadirnya inisiatif
seperti itu akan membuat pergerakan ke masyarakat di kampung menjadi intens dan
mempunyai keberlanjutan. Sehingga tidak hanya sekedar “panas-panas tai ayam”
tetapi menjadi suatu keharusan bagi para mahasiswa di perkotaan untuk selalu
turun ke kampung bersama masyarakat.
Selalu ada pertanyaan bagi seorang mahasiswa yang baru
mau pertama kali turun ke kampus, apa yang harus saya berikan? Atau apa saya
berguna dikampung? Terkadang pertanyaan-pertanyaan ini hadir karena kita belum
merasakan sensasinya ketika kita berada di kampung bersama masyarakat. Apapun
yang bisa kita berikan itulah yang kita berikan, bukan hanya saja soal dana dan
tenaga tetapi juga kreatifitas apa yang bisa kita bagikan kepada sesama itulah
yang kita bagikan kepada mereka. Kampung selalu memiliki cerita bagi mereka
yang datang untuk berkontribusi dan mengabdi untuk masyarakat, sehingga jangan
sungkan untuk turun ke kampung bergerak secara mandiri bersama-sama pemuda
lainnya.
Tentunya
setiap kampung memiliki ciri khas yang berbeda-beda sesuai dengan letak
geografisnya masing-masing, Indonesia dengan kekayaan serta memiliki banyak
kampung atau desa tentu saja juga memiliki jutaan pemuda dan mahasiswa tangguh
yang siap berperan serta berkontribusi bagi kampung-kampung menuju Indonesia
yang jaya.
Namun,
apakah kita yakin pemuda di generasi saat ini memiliki kepekaan sosial untuk
turun ke kampung? Atau jangan-jangan banyak yang hanya kuliah dengan menjadikan
IPK (Index Prestasi Kumulatif) dan cepat lulus (maksimal 4 tahun) sebagai
target tanpa mau bersentuhan dengan kerja-kerja sosial selama masa kuliahnya.
Hal ini bisa menjadi penyakit sosial yang berbahaya ketika anak muda di bangsa
ini tidak lagi memiliki jiwa sosial turun bersama rakyat. Padahal rakyat selalu
bahkan sangat membutuhkan uluran tangan tindakan nyata dari para pemuda, pemuda
di Pulau sumatera, jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua tentu saja selalu
tersedia Sumber daya manusianya. Tinggal bagaimana para pemuda dan mahasiswa
menginisiatifkan dan menjalankan komunitas-komunitas untuk melaksanakan gerakan
mandiri ke kampung-kampung.
KESIMPULAN
Ada banyak hal yang bisa kita berikan bagi masyarakat
sesuai dengan talenta dan kemampuan kita masing-masing, ada banyak hal yang
dapat dikembangkan dan dilakukan pemuda di kampung. Bukan hanya sekedar ke
kampung atau desa untuk berlibur saja, tetapi juga berkontribusi bagi
masyarakat sekitar kampung atau desa. Beberapa pemuda saja sudah cukup
menggoncangkan Nusantara dengan kembali ke kampung dan membangun kampung mereka
menjadi destinasi-destinasi wisata saat ini, atau beberapa pemuda yang
menjadikan kampung mereka sebagai tempat belajar. Kampung selalu membutuhkan
pemuda-pemuda untuk berkarya, pemuda jangan hanya mau tinggal di kota tetapi
turunlah ke desa dan kampung yang terpencil dan terpelosok untuk menemukan apa
yang sebenarnya dirasakan masyarakat di kampung-kampung. Mahasiswa tidak boleh
hanya sibuk diskusi sampai larut malam, tetapi wajib dituntut untuk turun ke
masyarakat di kampung bekerja bersama-sama sampai larut dalam sensasi kerakyatannya.
Gerakan mandiri ke kampung atau desa menawarkan individu-individu pemuda
khususnya mahasiswa didaerah perkotaan untuk berani keluar dari zona nyaman
untuk turun ke kampung atau desa memberikan apa yang bisa diberikan bagi
sesama, hal ini butuh kesadaran mendalam bagi siapapun yang ingin terlibat
karena bukan sekedar mengejar nilai mata kuliah, atau sekedar menghabiskan
waktu luang, atau sekedar berjalan-jalan menikmati alam. Tetapi ada yang lebih
penting dari itu! Yakni, berbakti bagi negeri lewat kampung. Karena kampung dan
desa selalu menjadi tulang punggung penopang kehidupan bangsa kita Indonesia.
Anak muda ayo ke kampung, jangan pernah malu ke kampung
karena orang tua dan leluhur kita pasti berasal dari kampung. Kampung menanti
kita untuk berkarya dan berkontribusi bagi Indonesia.
Sangat menginspirasi sekali , memang seharusnnya pemuda itu tidak diam di kota dia harus menoleh ke plosok desa yang terpencil betapa miskinnya ilmu pengetahuan disana, semoga hati para pemuda terketuk hatinya.
ReplyDeleteSiapa Kita? Indonesia.