Skip to main content

Featured

41 Hari (Puisi)

41 HARI Kaimana... Orang mengenalnya sebagai kota senja.. Tapi bagiku, kota penuh sejarah... Dengan beribu kisah Bagaikan uniknya kolam sisir Begitupula eksentriknya tanah air Inilah cinta yang Fitri Sebagai harapan adanya Gentrifikasi Indahnya Namatota bagai Bagaskara... Begitu eloknya Triton nan Baswara Harapan rakyat jelampah Lara muak Sadrah  Sanubariku terus dirundung  Bagaimana harapan temaram Tetapi weharima di kampung-kampung Terus dijaga tanda tak karam Pesona Kiruru menuju Bamana  Terus menerus hadir di isi kepala Kehidupan di Lakahia  Serta Omba Nariki jadi saksi hari bahagia Murano, Lumira dan Nanggaromi terus menanjak Pertanda raga tak sampai puncak Indurasmi menemani malam di Mai-mai Serta Kamaka dengan Swastamita yang permai Tak Lupa kisah Kayu merah penuh toleransi  Genggam erat cinta di kaki gunung Emansiri Inilah kehidupan di tanah Nugini Kisah tentang 41 hari... Adrenalin berpacu di Tanjung Nabima Tentang rasa dan asa Untuk semua orang baik Tu...

PADA TAHUN 65, MARKAS ARFAI DIBONGKAR


Kam ada yang ingat tanggal dan bulan hari ini tidak ?
Ini hari bersejarah
Pada tahun (65), 28 juli
markas arfai dibongkar oleh laskar Papua, kami tentara sapurata batalyon kasuari berjanji tetap berjuang sampai akhir merdeka...
Yamewero yabe Women Kakero , Imbo Yan ke Yan bayo , Yana ke Yana bayo...
JAMARISEN YORES RO MANGGUNAYA


Kalimat diatas adalah sebuah status yang saya lihat dari akun facebook teman saya hari ini, kemudian saya memutar lagu ā€œbiar posko dibongkarā€ di youtube lalu melihat kalender, ternyata tanggalnya sama dengan kisahnya sama dengan yang diceritakan dalam lagu tersebut. berikut sedikit coretan saya tentang kisah tersebut:

Lagu ini pertama kali saya dengar saat masih di timika sewaktu masih Sekolah Dasar dan lebih sering saya dengar saat sudah memasuki bangku perkuliahan. Lagu ā€œYameweroā€ sempat membuat saya merinding ketika mengikuti PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru) tahun 2013 lalu, ketika itu lagu ini digunakan sebagai mars dari salah satu fakultas meskipun ada beberapa lirik yang dirubah, tapi tetaplah lagu ini ketika menggema begitu membakar semangat anak-anak Papua.

 Lagu ini ternyata dinyanyikan oleh Grup Band Legendaris Papua ā€œBLACK BROTHERSā€ yang sangat fenomenal hingga akhirnya harus keluar ā€œmengamankanā€ diri dari Indonesia. Lagu ini mengisahkan tentang penyerangan markas Arfai di Manokwari oleh Permenas Ferry Awom dan pasukannya, Ferry Awom sendiri adalah bekas anggota batalyon Papua, sekaligus menjadi komandan Papua di PVK (Papoea Vrijwilligers Korps). Penyerangan ini karena pasukan Indonesia yang datang ke Manokwari melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi masyarakat (untuk diketahui bahwa pada tahun 1965 Papua belum bergabung dengan Indonesia). Orang-orang Papua yang jalan dan terlihat agak aneh bagi mereka (pasukan Indonesia) akan langsung dipukuli. Inilah yang membuat Ferry Awom sangat marah, pada tanggal 28 Juli mereka menyerang Asrama Tentara yaitu Asrama Cenderawasih di Arfai, hingga jam sepuluh pagi.


Dalam sebuah artikel terbitan Tirto.id juga menjelaskan bahwa pada 26 Juli 1965, Awom bersama pengikutnya menembaki tiga serdadu Indonesia. Balasannya, tulis sebuah kabel diplomatik kedubes AS di Jakarta, ā€œIndonesia menyerang secara brutalā€.

ā€œsehari berikutnya, para serdadu menembaki setiap orang Papua yang mereka jumpai dan banyak orang tak bersalah, yang hanya melintas di jalan, turut menjadi korban.ā€

Akibatnya adalah pada 4 Agustus 1965 Indonesia melancarkan Operasi militer Sadar, operasi kontra pemberontakan militer Indonesia perdana di Tanah Papua. Menurut keterangan militer Indonesia, pada 1966 pemberontak menyerang secara ofensif ke sejumlah pos tentara Indonesia. Pasukan Papua mendapatkan dukungan dari penduduk setempat serta dari orang-orang Papua di PVK, kepolisian, dan PNS. Pada April 1967, pihak Indonesia mengakui Angkatan Udara memuntahkan peluru ke Kota Manokwari, menewaskan sedikitnya 40 orang. Tindakan ini, kata mereka, sebagai respons terhadap kelompok Awom yang mendeklarasikan "Negara Papua Merdeka". Pada tahun yang sama, Johan Ariks, paitua dari Arfak berumur 75 tahun, ditangkap oleh militer Indonesia setelah melakukan perlawanan gerilya selama dua tahun di areal tersebut. Ariks meninggal di penjara pada 1969.

Ferry Awom sendiri pada akhirnya bersama beberapa anak buahnya menyerahkan diri dan di terima Pangdam XVII/Cendrawasih Brigjen TNI Acub Zainal. Setelah menyerahkan diri Awom dari berbagai cerita menerangkan bahwa dirinya dibunuh diatas kapal perang dengan cara kedua tangan dan kaki diikat lalu ditembak dan dibuang kelaut teluk Doreri.


Meskipun Ferry Permenas Awom sudah meninggal beberapa puluh tahun yang lalu, namun kisah pemberontakan dan perlawanan di markas Arfai akan terus hidup dan diingat oleh generasi muda Papua.

"Tidak ada batasan dalam perjuangan ini sampai mati. Kita tidak bisa acuh tak acuh terhadap apa yang terjadi di mana pun di dunia, karena kemenangan oleh negara manapun atas imperialisme adalah kemenangan kita; seperti kekalahan setiap negara adalah kekalahan bagi kita semua." - Che Guevara

dirangkum dari berbagai sumber             



Comments

  1. Wah terimakasih untuk mengingatkan kita semua lewat tulisan ini. Apalagi, hari ini pas sesuai kalender. Trus bersamaan kita kehikangan salah satu visionary leader yang vocal yaitu Mr. John Taluk Tekwie.

    Semoga kita terus mengamalkan peristiwa - peristiwa penting ini terus menerus!

    ReplyDelete
  2. Sering lihat Mando pu tulisan, tapi tra pernah baca sampai selesai. Ternyata andalan sekali, misalnya yg ini. Sa jadi tahu kejadian di Arfai šŸ–’, Tuhan berkati Mando šŸ™

    ReplyDelete
  3. Sejarah membuktikan bahwa kami sudah punya pemerintahan sendiri, tetapi indonesia memutarbalikan fakta yang terjadi.

    ReplyDelete
  4. Pokonya terimakasih kaka, su menambah pemahaman. āœŠšŸ½šŸ‡ØšŸ‡ŗ

    ReplyDelete
  5. Semangat tetap berkobar dlm hati sampai M

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts