Skip to main content

Featured

Cerita Perjalanan: Sorong-Pomako (Bagian 1)

 120 JAM Berlayar Bersama Sabuk Nusantara 75 Rabu sore (28/8) usai berkunjung ke keluarga di pulau Doom, saya lalu mampir untuk makan es pisang ijo di belakang kantor PLN Kota Sorong. Kebetulan yang menjualnya adalah teman lama saya saat bekerja di Tambrauw, namanya Noritha Fentiana Murafer. Usai menyantap 2 porsi es pisang ijo saya langsung pulang ke rumah. Setelah sampai di rumah, saya lalu membereskan barang-barang kedalam 2 ransel "teman hidup" saya. Kemudian makan dan mandi, setelah beres saya lalu berpamitan dan menuju ke pelabuhan menggunakan angkutan umum. Saat sampai di pelabuhan sekitar jam 7.30 malam, ternyata kapal belum masuk. Saya akan berlayar menggunakan KM. Sabuk Nusantara 75 dari Sorong ke Pomako (Mimika). Pelayaran ini memiliki rute Sorong-Yellu- Bula- Geser- Goram- Fakfak- Karas- Kaimana- Lobo- Pomako. Artinya kami akan menyinggahi 8 pemberhentian sebelum sampai ke pelabuhan tujuan saya. Setelah menunggu beberapa saat, tidak lama kemudian kapal pun sandar

ARGENTINA, DARI SEPAKBOLA HINGGA TOKOH REVOLUSI



Beberapa hari menjelang bergulirnya Piala Dunia 2018 di Rusia, timnas Argentina yang sejatinya akan melakoni laga uji coba atau pertandingan persahabatan terakhirnya menghadapi tim nasional Israel pada (9/6/2018) harus dibatalkan. Tentu saja ini mengagetkan publik Israel karena pertandingan yang seharusnya digelar di kota Yerusalem itu mendadak Batal. Bukan tanpa sebab Tim Nasional Argentina membatalkan laga itu, hal ini dipicu protes keras warga Palestina serta masyarakat dari berbagai belahan dunia sebab beberapa hari menjelang laga uji coba tersebut sniper Tentara Israel Menembak mati pendemo tak bersenjata Palestina.


Pembatalan ini marak diberitakan media di Argentina, bahkan sampai Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu harus menelpon Presiden Argentina Mauricio Macri untuk membujuk Lionel Messi dan kolega untuk tetap bertanding namun tetap saja ditolak atas nama kemanusiaan. Beberapa hari sebelum pertandingan Presiden Asosiasi Sepakbola Palestina Jibril Rajoub memimpin unjuk rasa memprotes serta menolak laga persahabatan itu, hingga membakar jersey Tim Nasional Argentina serta foto sang Kapten Lionel Messi. Menurutnya Messi adalah simbol cinta dan perdamaian sehingga akan sangat memalukan jika laga tetap terlaksana. Pasca keputusan Batalnya oleh Federasi sepakbola Argentina disambut sukacita oleh rakyat Palestina dan juga para pejuang kemanusiaan di seluruh dunia.

“Nilai-nilai, moral, dan olahraga telah meraih kemenangan hari ini dan kartu merah diacungkan ke Israel melalui pembatalan pertandingan," kata Ketua Asosiasi Sepak Bola Palestina, Jibril Rajoub,

Pembatalan ini menandakan bahwa Argentina adalah negerinya pejuang kemanusiaan, apalagi dalam skuad menuju piala dunia tersebut dikapteni oleh Lionel Messi salah seorang mega Bintang sepakbola masa kini yang juga dikenal seorang yang darmawan dalam hal kemanusiaan mengurusi anak-anak. Dilihat dari beberapa kali Messi menyumbang bahkan menjadi duta UNICEF untuk anak-anak kurang mampu diseluruh dunia. Pada Mei 2017 silam, Messi dan badan amalnya ini membantu membangun 20 ruang kelas sebuah sekolah di Suriah, membantu anak-anak Suriah melupakan trauma peperangan dengan kembali mengenyam pendidikan. Namun nyatanya aksi kemanusiaan Messi tidak hanya berhenti di sana.  Pada 2010 silam, Messi dan badan amalnya mengunjungi Haiti yang baru saja diterjang oleh bencana gempa bumi. Sedangkan pada 2013 silam, Messi berkunjung ke Bangkok bersama Jose Manuel Pinto dan bermain sepak bola bersama anak-anak difabel di Thailand.

“Sebelum menjadi Pesepakbola, lebih dahulu kami menjadi Manusia” ungkap Lionel Messi

Selain itu, Messi juga dikenal sebagai seorang mega bintang sepakbola yang sangat setia oleh rakyat Catalunya. Terutama terhadap klub sepakbola Barcelona yang merupakan salah satu representasi perjuangan rakyat Catalunya untuk merdeka dari Spanyol. Bahkan untuk mendukung perjuangan rakyat Catalunya Messi sempat merekam Video anaknya menyanyikan lagu kebangsaan Catalunya.

Jauh sebelum Messi sudah ada Diego Armandho Maradona pria yang dijuluki El Pibe De Oro (si bocah emas) ini sempat menjadi figure perjuangan rakyat di Italia selatan terutama Naples melalui klub sepakbola Napoli. Berbasis di selatan Italia, Napoli hanya bisa mengelus dada melihat dominasi tim-tim kawasan utara seperti Juventus dan duo Milan di Serie A. Kesenjangan di level olahraga kian memanaskan tensi antara kedua wilayah yang juga jomplang di aspek ekonomi 

Tentu saja rakyat Naples secara khusus di Italia menganggap Maradona sebagai Pahlawan kemanusiaan mereka menghadapi kekuatan dari kawasan Italia Utara. Bahkan saat Napoli meraih Trofi pertama tahun 1987. Sekian lama menanti, bisa dibayangkan masifnya euforia publik Naples. Warga tumpah-ruah ke jalanan, rentetan pesta, festival, dan karnaval menyambut kesuksesan ini bahkan berlangsung lebih dari sepekan. Pemakaman buatan digelar untuk Juventus dan Milan sebagai representasi kemapanan Italia utara. Peti mati buat para rival tersebut dibakar, dengan catatan kematian mereka bertuliskan “Mei 1987, kawasan lain Italia telah dikalahkan. Kerajaan baru lahir.”


Maradona dan Messi memang adalah warga Negara Argentina yang menjadi simbol Perlawanan di Italia bagian Utara dan Catalunya di Spanyol. Namun ada satu nama besar sebelum mereka berdua, dia adalah Ernesto Guevara Lynch de La Serna. Pria yang sejatinya adalah dokter ini merupakan tokoh revolusioner di wilayah amerika latin.
Tiga sosok pria Argentina yang merupakan simbol perlawanan rakyat untuk sisi kemanusiaan yang adil dan beradab. Piala Dunia tanpa Argentina bagaikan dunia aktivis tanpa Che Guevara.

Comments

Popular Posts