Berawal dari informasi-informasi
yang beredar di beberapa grup Whatsaap tentang pendaftaran School Of Eco Diplomacy 2018, saya pun coba melihat persyaratannya.
Ternyata hanya cukup membuat video
tentang hutan dan lingkungan lalu upload ke akun instagram dengan memberi tagar
sesuai ketentuan serta menandai akun @Ecodiplomacy. Saya mencoba membuat video
di samping kamar kos, dengan meminjam handphone
pacar saya tentunya (karena kualitas kameranya lebih bagus). Saya mengangkat
topik tentang pendulangan illegal di hutan Korowai, sayapun mengupload serta
memberi tagar dan menandai sesuai yang tertera di informasi pendaftaran.
Setelah
menunggu beberapa bulan, saya berpikir kegiatan ini batal dilaksanakan
berhubung sudah 3 bulan belum ada pengumuman. Pertengahan agustus saya berlibur
ke Kota Sorong di Papua Barat menggunakan KM.Sinabung, pelayarannya sendiri
singgah di beberapa pelabuhan dengan rute Jayapura-Biak-Manokwari-Sorong. Sebuah
petualangan laut yang sangat saya sukai, dengan membeli tiket walaupun tempat
tidurnya harus bayar lagi ke TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat) namun karena saat
itu penumpang kapal sedikit (bukan musim liburan) sehingga saya hanya cukup
membayar Rp20.000 saja. Jam 3 sore kapal keluar dari dermaga Jayapura, selama
pelayaran saya hanya makan dari jatah makanan penumpang yakni sarapan jam 7
pagi, makan siang jam 12 siang, dan makan malam pada jam 6 sore.
Sesampainya
di Biak, saya turun untuk mengambil titipan roti aru (oleh-oleh terkenal dari
Biak) yang akan dibawah ke sorong. Jam 1 siang kapal siap berlayar dari
Pelabuhan Biak menuju Manokwari, setelah menaruh titipan dalam karton di tempat
tidur saya di dek 4 belakang, saya naik duduk di cafeteria sambil melihat
pemandangan Pulau Biak dan kepulauan Padaido. Tiba-tiba HP saya bergetar tanda
sebuah DM masuk di instagram, sebuah pesan dari @Ecodiplomacy yang
memberitahukan saya terpilih bersama 29 peserta lainnya untuk mengikuti Program
School Of Eco Diplomacy 2018. Saya yang sedang duduk menikmati sekaleng
Cocacola dingin pun tersenyum sambil mengucap syukur, namun senyum itu tidak
bertahan lama. Kami disuruh mengisi form secara online sebelum jam 12 siang (2
siang WIT). Disaat itu hanya sekitar 15 menit lagi jaringan internet akan
benar-benar terputus mengingat di kapal hanya bisa sms dan telepon, sedangkan
sinyal internet kami dapatkan dari pulau Biak yang sudah mulai samar dari
jangkauan mata.
Sayapun bergegas mengisi setiap pertanyaan di form tersebut,
karena baru malam hari nanti saya bisa online lagi ketika kapal sandar di
pelabuhan Manokwari. Puji Tuhan Form tersebut saya berhasil isi dan kirim, 5
menit kemudian sinyal internet benar-benar hilang di tengah lautan. Rasa lega
dan bahagia bercampur, yang ada dalam pikiran saya adalah akan segera ke
Jakarta, sebuah kota yang selalu saya impikan bisa kesana.
Setelah sampai
di Sorong, saya menerima beberapa formulir yang harus didownload untuk diisi
lalu di scan dan dikirimkan balik ke pihak panitia. Sebuah dilema terjadi, KTP
saya masih KTP Biak Numfor, sedangkan Domisili saya di Kota Jayapura dan saya
harus mengurus semua persyaratan ini di Kota Sorong. Bukan hanya berbeda kota
melainkan sudah berbeda provinsi tentunya, hal pertama yang saya lakukan adalah
memberitahukan pihak panitia dan untuk mengurus surat keterangan dari dokter
saya lakukan di Kota Sorong, ketika mengurus surat kesehatan awalnya saya pergi
ke puskesmas di dekat pasar Remu. Tetapi ditolak dengan alasan berbeda alamat
tempat tinggal, saya lalu pulang dan keesokan harinya saya pergi ke puskesmas lainnya
dan akhirnya surat kesehatan pun jadi. Selanjutnya tinggal print beberapa
surat, mengisinya lalu scan dan kirim ke pihak panitia.
Setelah
semua berkas beres, saya pun menunggu jadwal kegiatan untuk keberangkatan.
Setelah mendapatkan jadwal kegiatan, saya sangat terkejut karena kami akan
melaksanakan Live-in di pegunungan Arfak. Dimana disana ada danau kembar yang
merupakan tempat yang ingin saya kunjungi sejak tahun 2015, sebuah kebahagiaan
yang menumpuk karena akan ke Jakarta selama beberapa hari lalu ke Manokwari
jadi total kegiatan sekitar 1 bulan. Namun, sebuah kabar bahwa kegiatan diundur
selama beberapa hari dengan alasan ibu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Siti Nurbaya Bakar sedang menunaikan ibadah haji di tanah
suci.
Setelah
liburan di Sorong, saya pun kembali ke Kota Jayapura. Ternyata ada 3 orang
peserta Eco Diplomacy juga di kota Sorong, andai saya tahu dari awal pasti
saya akan bertemu dan berkenalan bersama mereka sejak di kota sorong.
selanjutnya silahkan baca
PERTAMA KE JAKARTA KARENA SCHOOL OF ECO DIPLOMACY
Comments
Post a Comment