Setelah bertemu
teman-teman lainnya kami pun saling
berkenalan dan bersama-sama menuju penginapan di Hotel Ibis Arcadia,
Jakarta. Dalam perjalanan kami dibagikan makanan dalam kotak, namun sayang
tidak ada airnya. Kami yang jujur sudah lapar pun makan dengan lahap tanpa
memikirkan air minum, setelah sampai di hotel sambil menunggu kunci kamar
dibagikan saya langsung meminta air putih ke petugas hotel yang tampak sedang
mempersiapkan makan malam. Tanpa menunggu lama saya langsung meminum air yang
sudah dituangkan di dalam gelas yang berjejeran rapi diatas meja, tidak lama
kemudian beberapa teman lainnya mengikuti saya untuk minum.
Setelah
mengambil kunci dari panitia, saya langsung menuju kamar yang terletak di
lantai 3. Kamar saya bersebelahan dengan kamar Eka Meynia, saya sekamar dengan
Kaka Frans namun karena Kaka Frans nanti malam baru sampai. Maka, Gogman pindah
ke kamar saya berhubung teman kamarnya Unggul juga masih di Semarang dan belum
sampai ke Jakarta.
baca juga
Terpilih menjadi Peserta SED2018 saat berada di perairan Padaido dan mengurus berkas di Kota Sorong
Setelah beristirahat sejenak dilanjutkan dengan perkenalan
antar peserta dan panitia, lalu istirahat makan malam dan mandi lalu kami
kembali ke ruangan di lantai 7 untuk latihan lagu “Papua pulau Indah” dan
pembagian baju kaos. Saat latihanlah baru 2 peserta yang sempat ketinggalan
pesawat dari Semarang hadir, mereka berdua tidak lain adalah Kaka Frans dan
Unggul. Usai latihan kami dikunjungi ade tingkat saya yang juga merupakan
komika nasional Mas Yewen, ternyata dia datang untuk mengambil Daun Gatal dari
salah datu peserta yang juga merupakan saudaranya Natalis Yewen. Kami pun
bercerita ringan di Lobi Hotel sambil beberapa teman meminta foto bersama.
Setelah itu kamipun kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat untuk
keesokan hari kami mengikuti
Grand Launching
School Of Eco Diplomacy 2018 di Gedung Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
HP saya bergetar
dibawah bantal, sayapun terbangun dan melihat HP ternyata sudah jam 4:45 WIB. Namun
tubuh masih mengikuti jam biologis yakni WIT (Waktu Indonesia Timur) disana
pasti sudah jam 6:45 pagi, sayapun bergegas membuka jendela kamar yang langsung
menghadap ke jalan KH. Wahid Hasyim. Tampak beberapa petugas kebersihan sedang
menyapu di pinggiran jalanan diikuti beberapa sepeda yang menjajakan jualan
berlalu-lalang di jalanan. Saya segera masuk ke kamar mandi untuk mandi, tampak
teman kamar saya Gogman masih tertidur dengan sangat pulas. Setelah mandi dan
memakai baju School Of Eco Diplomacy
2018 yang berwarna hijau, saya membangunkan Gogman untuk mandi agar kami berdua
bisa segera turun ke Ruang makan untuk sarapan. Namun Gogman ini mandi lama
sekali, hampir sejam saya tunggu dia. Sampai nonton TV itu hampir 1 film
selesai, akhirnya dia keluar dan kami berdua pun turun untuk sarapan.
Usai sarapan
kami seluruh peserta menaiki Bus menuju Gedung KLHK untuk acara Launching,
seperti biasa jika mengikuti kegiatan di tempat baru saya akan selalu duduk
paling depan (biasanya disamping atau belakang supir) untuk bisa melihat-lihat
pemandangan sekitar. Tampak gedung-gedung bertingkat dikiri kanan, saya melihat
gedung BNI46 lalu teringat cerita Bapak Ade saya tentang dulu dirinya naik ke
lantai paling atas dan melihat Mobil dibawah seperti dos Rokok. Kami akhirnya
tiba di halaman Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia, setelah turun dari Bus kami sempatkan berfoto-foto sebentar sebelum
berjalan kaki menuju arboretum tempat kegiatan kami dilaksanakan. Ternyata acara
kami dilaksanakan disebuah hutan buatan dihalaman arborea café, jauh dari apa
yang saya bayangkan sebelumnya. Tapi acaranya keren karena dari kami untuk kami
dan tamu undangan lainnya.
Hadir mewakili Ibu Menteri KLHK yaitu Bapak Helmi
Basalamah selaku kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(BP2SDM) yang juga membuka dan melaunching
School
Of Eco Diplomacy 2018 secara resmi. Acara
Grand Launching juga diisi dengan penampilan tarian Berburu dan
Penyembahan dari Pegunungan Arfak oleh Alfa Ahoren dan Kaka Defan (Stevani
Peday), tarian tumbuk tanah dan nyanyian Papua Pulau Indah oleh seluruh peserta.
Dalam acara ini kami seluruh peserta juga dibagikan Noken (tas rajut Papua) asli
yang terbuat dari batang pohon genemo.
Usai acara Grand Launching kami makan siang di
sebuah ruang makan di dalam KLHK bersama para staff-staff dan pegawai disana,
tampak ramai sekali. Kami bertemu dan bercerita sambil makan dengan seorang
Wanita Staff Vanantara (jujur saya lupa namanya), setelah itu kami beristirahat
sejenak sambil menunggu teman-teman muslim melaksanakan Sholat. Setelah itu
kami mengunjungi Museum milik KLHK, terdapat beberapa hewan yang sudah
diawetkan dan beberapa jenis pohon dan kayu. Disitu saya mulai mengenal satu
persatu teman-teman saya meskipun belum semuanya. Kami sekitar 30 menit
berpetualang di dalam museum tersebut sebelum akhirnya foto bersama oleh
penjaga museum untuk menjadi kenang-kenangan. Setelah itu kami kembali masuk
kedalam ruangan disamping ruang makan siang tadi untuk mengikuti sesi “peran
pemuda/I dalam pengelolaan hutan dan lingkungan” yang dibawakan oleh BP2SDM
LHK. WALHI, BENTARA Papua dan Guru SMK Kehutanan Manokwari. Usai Sesi ini kami
foto bersama, tampak ada juga aktifis-aktifis lingkungan dari Tanggerang yang
memakai syal Persikota Tanggerang, kami berfoto bersama sambil berkenalan. Setelah
kegiatan tersebut kamipun bersiap kembali ke penginapan, kami semua (peserta)
diarahkan panitia untuk menaiki bus di halaman parker KLHK. Seperti biasa, saya
pasti duduk di bagian depan. Ternyata kami tidak langsung kembali ke Hotel,
melainkan ke Monas terlebih dahulu untuk foto-foto.
Di Monas saya mulai semakin
mengenal teman-teman peserta lainnya khususnya yang berasal dari Papua, tampak
ade-ade cowok dari SMK Kehutanan Manokwari kami foto bersama. Lalu saya dan
Kaka Akulian membuat sebuah foto untuk mendukung resolusi West Papua di Vanuatu
berlatar Tugu Monas dan Tas bergambar Bintang Kejora, kami berpetualang di
Monas sekitar 90 menit sebelum akhirnya kami kembali ke hotel untuk makan malam
dan kegiatan di malam hari.
baca juga
Pertama Kali Ke Jakarta Karena School Of Eco Diplomacy
Malam harinya
dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh Maria (Mia), seorang wanita
Keturuan Tionghoa yang cantik menawan. Saya, Leni dan Kaka Natalis duduk paling
depan. Tetapi kami bertiga sebenarnya kurang puas dengan apa yang dijelaskan
Mia karena tidak sesuai dengan fakta lapangan di Papua, kami sebagai aktifis
sudah berulang kali diteror dan diintimidasi sehingga ketika mendengar diskusi
darinya sangat tidak relevan. Ditambah diskusi malam itu hingga jam 11:00 WIB
dimana jam biologis kebanyakan peserta yang berasal dari Papua sudah memasuki
waktu istirahat. Kami pun bubar untuk kembali beristirahat sekitar hampir jam
12 malam, namun saya bersama Kaka Frans dan Bang Nando sempatkan diri bercerita
di depan hotel lalu kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
Keesokan harinya
dimulai dengar sarapan dan masuk kelas di lantai 7 untuk mengikuti sesi
kegiatan, kami dibagi ke beberapa
kelompok dan mulai membuat beberapa tugas lalu dikerjakan dalam kelompok dan
nantinya dipresentasikan. Ada juga permainan drama yang kami buat secara
kelompok untuk dipentaskan, disini saya mulai akrab dengan teman-teman lainnya.
Hingga malam tiba, kami diijinkan berjalan-jalan menikmati kota Jakarta.
Sambil
makan malam, saya kemudian mengirim pesan
WhatsApp kepada Kaka saya yang kebetulan bekerja di BPOM Pusat, namun sayang
beliau belum pulang kerja. Saya kemudian ingat jauh sebelum ke Jakarta ada
seorang kawan yang bekerja sebagai Chef yang berjanji jika ke Jakarta dia akan
membuatkan makanan spesial untuk saya, saya kemudian mencoba mencari pesan DM
di Instagram lalu mengirim pesan DM padanya untuk jika sempat saya mampir malam
itu ke Cafenya, lalu dia membalas pesan saya jika jam 8 malam barulah dia ada
di Café. Sehingga saya harus berpikir main kemana dulu, beruntung sejak dari
Jayapura saya sudah menginstal aplikasi Gojek sehingga saya mencoba mengecek tariff
dari hotel kami menginap ke Sekretariat Pusat The JakMania harganya berapa,
ternyata Cuma 15 ribu, sayapun memberanikan diri naik gojek kesana hanya untuk
sekedar foto di depan papan nama sekretrariat The JakMania mumpung saya sedang
memakai Kaos The JakMania Papua dan sebuah jaket Persija.
Teman saya Mila
membantu mengajarkan saya cara mengorder Gojek, ternyata mudah saja (maklum itu
pertama kali saya menggunakan aplikasi Gojek). setelah driver Gojek sampai,
kamipun menuju ke sebuah tempat yang tampak sangat ramai. Saya diturunkan di
depan sebuah restaurant besar, lalu sang Driver mengatakan silahkan jalan masuk
ke dalam.
Setelah membayar saya sedikit terkejut karena masih harus berjalan
kedalam, tampak sebuah Gapura bertuliskan GOR SEOMANTRI terpampang. Saya pun
melihat sekretarian Pusat The JakMania di Google Maps sambil berjalan masuk
mengikuti arahan aplikasi tersebut, tibalah saya di depan sebuah bangunan yang
tidak terlalu besar. Tampak di depan sekret terdapat 2 orang sedang duduk
disitu, sayapun menghampiri dan berkenalan dengan mereka (sebenarnya untuk
meminta bantuan fotokan saya) namun salah satu dari mereka mengatakan bahwa ada
abang Do di dalam (salah satu pengurus pusat yang away ke Serui beberapa bulan
sebelumnya), lalu dipanggil abang Doni keluar dan dia kaget saya bisa ke
Jakarta (maklum waktu diserui belum sempat ketemu). Sayapun tanpa basa-basi
langsung meminta bantuan Abang Do untuk memfotokan saya dengan latar Papan Nama
Sekretariat Pusat The JakMania, setelah di foto abang Do mengajak saya masuk ke
dalam sekret karena di dalam ada Bung Ferry (ketum The JakMania). Awalnya saya
menolak, namun setelah diyakinkan sayapun masuk ke dalam. Saya sempat grogi dan
gugup bertemu orang nomor 1 di Kalangan Suporter Persija tersebut, namun saya
disambut dengan pelukan dan senyum khas Bung Ferry sambil kami bercerita
ringan.
Saya diberi kue dan air, sambil bercerita tampak beberapa pengurus
Pusat The JakMania pun datang. Ternyata hari itu ada pembagian tiket
pertandingan untuk keesokan harinya antara Persija Jakarta vs Selangor FA di
stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi. Setelah bercerita dan berkenalan serta
berfoto dengan Bung Ferry, saya sempat diberikan KTA (Kartu Tanda Anggota)
salah satu anggota The JakMania Papua Bang Guruh Teguh di Wamena, yang paling
gila adalah ketika ditanya kenal sama ucup atau tidak. Saya pun menjawab tidak,
ternyata ucup adalah nama panggilan Bang Eko yang ketika itu masih menjadi
ketua The JakMania Papua. Bung Ferry bersama beberapa penguruspun pamit karena
harus menghadiri siaran Radio persiapan pertandingan besok, ditemani Bang Do
kami tetap lanjut bercerita.
Tidak lama kemudian seseorang datang membawa
bungkusan dan memberikan pada saya, katanya “ini soto betawi tadi dibelikan
Bung Ferry untuk Kaka, karena kaga bisa nemenin cerita lama-lama” sayapun
kaget, namun karena pemberian orang yang saya kagumi sayapun melahapnya. Saya lalu
ingin buang air kecil sehingga saya ijin menggunakan WC, Ternyata saya harus
buang air di sebuah mushola diluar Sekret yang berjarak kurang lebih 40-50
meter. Karena sudah tidak bisa tahan sayapun berjalan kesana tanpa
memperhatikan sekitar, ketika balik saya kaget bukan main ternyata diluar
sekret ada ratusan korwil yang datang ke sekret untuk mengambil tiket
pertandingan. Dalam hati jika saya jalan menyalami satu persatu bisa berjam-jam
baru selesai nantinya, akhirnya saya berjalan lurus ke dalam sekret untuk
pamit.
Saat diantar Bang Do keluar sekretpun saya harus menyalami belasan
korwil disamping sekret sebelum berjalan kedepan Gapura GOR Soemantri, saya
melihat Instagram tampak kawan saya Meggy telah menunggu saya di Senayan City.
Saya
pun memesan Gojek untuk menuju ke Senayan City, sampai disana tampak seorang
pengemis sambil menggendong anaknya bernyanyi untuk mendapatkan recehan dari
saya. Sayapun memberikan beberapa lembar uang padanya lalu masuk ke dalam
Senayan City menemui kawan saya, kami pun bertemu dan dia mengajak saya makan
sambil bercerita di Warung Coffe Batavia tempatnya bekerja.
Sebuah kopi hitam
dan nasi goreng spesial menemani cerita kami hingga larut, saya melihat hp di
grup WhatsApp ternyata teman-teman lain sudah pada pulang ke penginapan. Saya lalu
mengirim foto saya bersama Bung Ferry di sekret ke Grup WA The JakMania Papua
serta Peserta School Of Eco Diplomacy untuk melaporkan diri bahwa saya telah
bertemu orang nomor 1 di kalangan The JakMania, Afdul yang ditugasi Bang Nando
untuk menunggu peserta di depan hotel pun kaget saya foto bersama Bung Ferry,
dia lalu mengirim pesan chat pada saya “silahkan jalan sepuasnye kaka, tapi
ingat pulang”. Saya pun membalas “1 jam lagi saya tiba di hotel kaka”, padahal
saya masih di senayan City sedang bersiap untuk pulang, setelah keluar tampak
SCTV Tower kelihatan dari tempat saya berdiri.
Saya lalu mengikuti Gojek menuju
hotel, Sebuah perjalanan nekat yang menyenangkan, tiba di hotel saya lalu
disambut Afdul dengan salam jempol telunjuk sambil mengatakan “mantap lu kaka,
baru dateng langsung ketemu Bung Ferry”. Saya hanya tersenyum sambil berjalan
memasuki loby hotel, tidak langsung naik ke kamar saya langsung diajak
bergabung ke sebuah taman di samping ruang makan oleh Gres dan Jeklin untuk
bercerita karena itu merupakan malam terakhir kami di Jakarta sebelum besok malam
sudah terbang menuju Manokwari. Setelah bercerita kurang lebih 1 jam saya pun
pamit untuk naik ke kamar untuk tidur.
Alarm pagi
berbunyi, tampak sudah tanggal 6 september jam 5 pagi. Saya lalu bergegas mandi
agar nanti tidak menunggu teman kamar saya Gogman jika masuk ke kamar mandi
duluan, setelah mandi seperti biasa sarapan lalu naik ke lantai 7 untuk
mengikuti sesi pengenalan lokasi
Live-in yakni Pegunungan Arfak dari Kak Yanu (staff
Bentara Papua).
Kami
dibagi ke dalam 10 kelompok, saya satu kelompok bersama Jeklin dan Angel. Kami disuruh
membuat rencana kegiatan selama
Live-In nanti, kami pun membuat rencana secara
berkelompok hingga siang hari kami beristirahat. sambil teman-teman yang mau
mencari perlengkapan diijinkan mencari asalkan sudah kembali ke hotel jam 3
tepat.
Saya tidak pergi kemana-mana karena teman saya yang juga aktifis AMP
(Aliansi Mahasiswa Papua) Albert Mungguar sudah menunggu saya di Loby Hotel,
saya turun menghampirinya sambil bercerita di ruang makan. Saya sangat
terkejut karena dia rela datang memakai tongkat (saat itu salah satu kakinya
patah) untuk mengantarkan 2 buah buku kepada saya, saya pun memperkenalkan
Albert kepada beberapa teman lainnya.
Sambil bercerita datanglah Leni ikut
bergabung, lalu disusul unggul, ada kejadian lucu ketika saya bertanya kepada
unggul tentang tanggapannya soal Orang Papua yang ingin merdeka di depan Leni
dan Albert. Unggul menjawab bahwa itu adalah pekerjaan antek asing yang ingin
merampas SDA Papua untuk dinikmati, lalu saya bertanya lagi pada unggul apakah
dia pernah melihat bendera Papua dan dijawab belum. Saya langsung menunjuk
Noken yang dipakai Leni bahwa itu adalah gambar Bintang Kejora bendera Papua,
Unggul kaget dan kami pun tertawa bersama-sama. Bercerita hingga sore lalu
mengantarkan Albert menaiki GrabCar untuk pulang, saya langsung lari ke lantai
7 tampak semua menunggu saya untuk berdoa lalu menuju ke bandara.
Usai berdoa kami
lalu naik bus ke bandara, sampai di Bandara ternyata kami harus menunggu hingga
jam 10 malam untuk bisa
check-in
sehingga Kak Nando mengijinkan kami mondar-mandir disekitar hotel. Saya kemudian
bertemu seorang anak Papua yang mengantar kiriman ke Timika, dia merupakan mahasiswa
di Universitas Trisakti yang juga sekaligus ketua UKM Tinju. Dia adalah Steven,
kami berdua bercerita dengan asyik walau belum kenal sebelumnya hingga
datanglah sepasang suami istri yang mengenal steven. Ternyata mereka berdua
juga mengenal keluarga saya, kami pun bercerita sejenak. Kemudian Steven pamit
pulang lalu saya bergabung bersama teman-teman peserta SED lainnya, jam 10 kami
lalu membawa masuk barang-barang sambil
Check-in,
kami menguasai 1 meja
check-in.
tampak Mila memainkan tugasnya untuk melaporkan tiket kami ber-30 penumpang
hingga selesai, setelah itu kami menuju ruang tunggu untuk selanjutnya terbang
menuju Bandara Rendani, Manokwari menggunakan maskapai Batik Air. (Bersambung)
Selanjutnya
Pegunungan Arfak yang Mempesona
Comments
Post a Comment