Karya: Greesia Kristalia Kissya
Semua berawal dari kecintaan akan
alam papua dimana keindahan itu dinikmati sepanjang jauh mata memandang. Ketika
doa dari sebuah harapan terwujud perjalanan yang ditempuh sekitar 4 – 6 jam, memang
membuat kita menjadi lelah. Namun ketika menginjakkan kaki ditempat ini, iya
nama tempat ini Pegunungan Arfak lebih tepatnya kampung kocstera,distrik
sururey kalian akan terpukau dengan keindahan alam yang masih asri dan masyarakat
yang sangat welcome dengan kedatangan kami di tempat ini.
Cerita ini dimulai ketika kami
harus berbaur dan belajar dari masyarakat yang mempunyai kehidupan yang
berbeda. Namun, kami diterima baik oleh masyarakat dimana tempat kami tinggal
dirumah milik anak dari kepala adat kampung kocstera bapa Edi Towansiba dan
Mama Marica pelukan hangat kami rasakan ketika mereka menganggap kami seperti
anak sendiri tanpa membeda-bedakan satu sama lain.
Waktu terus berlalu dan saya berjalan untuk
menikmati indahnya kampung. Pengamatan pun dimulai ketika informasi yang di
dapat bahwa MCK umum hanya disediakan 1, sedangkan MCK milik pribadi hanya 2. Hal ini yang membuat saya menjadi kesal dengan situasi seperti ini,
bayangkan saja dengan banyaknya penduduk MCK umum hanya 1. Kira-kira apa yang dilakukan dengan
masyarakat jika tengah malam ingin ke MCK dengan jarak tempuh yang jauh?.hal
ini membuat saya menjadi bertanya-tanya dan pada akhirnya, saya memberanikan
diri untuk menanyakan hal tersebut. Ketika ditanya ‘bapa kalau kita mau buang
air dimana? Jawab bapa ‘ kalau mau itu, langsung di kali belakang rumah saja’ Hal ini membuat saya menjadi miris melihat
kebiasaan masyarakat yang menurut pandangan saya itu adalah hal tdk seharusnya
dilakukan. Kenapa demikian? Karena,
terjadinya pencemaran lingkungan pada aliran sungai kecil yang berada dekat
pemukiman warga. Aliran sungai tersebut pastinya akan terbawa sampai ke danau
dan pastinya pencemaran tersebut menjadi lebih luas lagi.
Selain itu, berbicara tentang air saya sangat
terpukau melihat air yg keluar lewat pancuran dan langsung diminum. Hal ini
seperti ini tdk terjadi di daerah perkotaan namun, pipa saluran yang digunakan
sungguh membuat saya marah. Pipa yang digunakan adalah pipa plastic, bukanlah
pipa standar SNI yang digunakan untuk minum. Saya pun mengajak anak-anak
kampung untuk melihat bak penampungan dari pancuran air tersebut. Sesampai di
bak penampungan, yang membuat saya lebih prihatin adalah bak penampungan air
sangat kecil dan hanya dalam sekitar 40 cm dan itu membuat saya semakin marah
dengan kondisi tersebut.
Setelah itu saya pun membantu kembali dan
membantu mama dikebun mencari ubi jalar atau yang biasanya masyarakat papua
menyebutnya petatas. Kami pulang kerumah membawa hasil kebun memasak dan memakannya.
Keesokan harinya menikmati indahnya mentari
pagi,semangat melangkahkan kaki dengan gembira menikmati setiap proses yang
ada. Namun, ketika melewati jalan dan sampai di kali/sungai-sungai kecil banyaknya
sampah yang berserakan. Dimulai dengan sampah bekas deterjen, sisa makanan dan
sampah plastic lainnya, sungguh membuat saya semakin marah. Tidak adanya
kesadaran dari masyarakat betapa pentingnya edukasi lingkungan.
Ketika kita melihat kembali
pada konteks lingkungan hutan yang menjadi sumber utama dari kehidupan
masyarakat sudah mulai terancam dengan pembukaan lahan yang dibakar sehingga
mengakibatkan debit air yang menurun dan dampak yang akan dirasakan oleh
masyarakat setempat. Mungkin bukan sekarang namun, 5-10 tahun ke depan dampaknya akan dirasakan.
Saya sempat
berpikir dan mencoba mengamati yang terjadi, kemana dana-dana pembangunan
desa?, mengapa masyarakat tidak merasakan hal-hal yang sangat sederhana seperti
MCK, sanitasi air bersih dll. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam mengatasi
hal tersebut?.
Namun, hal
tersebut bukan hanya menjadi tanggung pemerintah tetapi menjadi tanggung jawab
dari masyarakat yang berada di kampung tersebut. bagaimana masyarakat mampu
mengolah lingkungan yang ada dengan tetap menjaga keasrian dan keindahan alam.
Dengan cara meningkatkan kesadaran betapa pentingya mempertahankan alam sekitar
yang memberikan kehidupan bagi kita. Semua itu dapat kita mulai dari diri kita
sendiri dan menjadi motivasi bagi orang diluar sana. Jadilah agen perubahan
bagi lingkungan bukan menjadi batu penghancur alam kita.
yup! itu tanggungjawab kita semua untuk saling menjaganya
ReplyDelete