Skip to main content

Featured

Cerita Perjalanan: Sorong-Pomako (Bagian 1)

 120 JAM Berlayar Bersama Sabuk Nusantara 75 Rabu sore (28/8) usai berkunjung ke keluarga di pulau Doom, saya lalu mampir untuk makan es pisang ijo di belakang kantor PLN Kota Sorong. Kebetulan yang menjualnya adalah teman lama saya saat bekerja di Tambrauw, namanya Noritha Fentiana Murafer. Usai menyantap 2 porsi es pisang ijo saya langsung pulang ke rumah. Setelah sampai di rumah, saya lalu membereskan barang-barang kedalam 2 ransel "teman hidup" saya. Kemudian makan dan mandi, setelah beres saya lalu berpamitan dan menuju ke pelabuhan menggunakan angkutan umum. Saat sampai di pelabuhan sekitar jam 7.30 malam, ternyata kapal belum masuk. Saya akan berlayar menggunakan KM. Sabuk Nusantara 75 dari Sorong ke Pomako (Mimika). Pelayaran ini memiliki rute Sorong-Yellu- Bula- Geser- Goram- Fakfak- Karas- Kaimana- Lobo- Pomako. Artinya kami akan menyinggahi 8 pemberhentian sebelum sampai ke pelabuhan tujuan saya. Setelah menunggu beberapa saat, tidak lama kemudian kapal pun sandar

Bapak Berduet, Anak Berduel



Jayapura- libur kaget di dapatkan Civitas Akademika di lingkungan Universitas Cenderawasih kota Jayapura, Papua mulai Kamis, 8 Maret 2018. Tentu saja ada yang gembira dan sedih, pro dan kontra hingga saling serang di media sosialpun terjadi akibat penandatanganan kerjasama antar Rektor UNCEN dan KaPolDa Papua.

Kamis(8/3) pagi seperti biasa para mahasiswa, Dosen dan Staff mulai ke kampus (Abepura & Waena) tanpa hambatan, Ojek-ojek di pangkalan Perumnas 3 Waena pun melayani penumpang dengan lancar tujuan kampus, begitu juga dengan alur lalu lintas di jalan raya depan kampus Abepura yang berjalan normal hingga tepat pukul 9 pagi semua berubah, masa dari mahasiswa UNCEN kampus Waena mendatangi di kampus Abepura dan mulai memalang gapura serta menswiping proses perkuliahan di dalam kampus. Sempat terjadi ketegangan dan ketakutan dialami beberapa Mahasiswa dan dosen, kemacetan Panjangpun terjadi kira-kira 5 KM mulai dari lampu merah abepura hingga depan Taman makan pahlawan.

Mahasiswa yang ketakutan mulai berlarian keluar kelas hingga ada yang menangis, para sopir taksi dan kendaraan pribadi juga kebingungan karena terjadi macet padahal tidak ada kegiatan Istimewah.

Di kampus Waena aparat keamanan berkekuatan sekitar 100 personel dari PolDa Papua pun disiagakan di depan kampus UNCEN Waena lengkap dengan beberapa kendaraan lapis baja dan truk polisi. Pembakaran Ban dilakukan tepat dibawah 2 Cenderawasih penjaga gapura UNCEN, 400an Mahasiswa mulai berkerumun di sekitar gapura dan orasi dimulai oleh Orator-orator ulung kampus kuning ini.

Beberapa mahasiswa yang kagetpun ada yang berkata 'stop palang kampus k, kitong mau kuliah' ada juga yang bilang 'Ini kenapa lagi k? Ba tong buang-buang uang taksi saja ke kampus baru tra kuliah, bagaimana mau bangun Papua'.

Teriakan 'Hidup Mahasiswa... Hidup Mahasiswa... Hidup Mahasiswa' pun bergema di ikuti ratusan masa aksi...  aparat keamanan yang memakai pakaian lengkap anti huru-hara juga bersiap dengan barisan siap tempurnya. Mahasiswa yang berorasi bergiliran mulai menyemangati dan membakar jiwa militansi kaum intelektual Papua ini.

Terdengar Orasi dari salah satu orator 'kami menolak Polisi masuk kampus, ini lingkungan pendidikan bukan wilayah kriminal' teriaknya memakai megaphone..

Matahari mulai memancarkan sinarnya sehingga para demonstranpun mulai terbakar dengan pekikan-pekikan orasi yang khas dari mahasiswa.

Presiden Mahasiswa UNCEN Paskalis Boma mengatakan kepada  media bahwa aksi ini dilakukan karena penandatangan kerjasama antara Lembaga UNCEN dan pihak PolDa Papua yang terjadi sehari sebelumnya (7/3) di ruangan Rektorat UNCEN.

Kerjasama ini dilakukan tanpa sepengetahuan mahasiswa dan baru diketahui melalui media online

"sangat disayangkan karena ini mencederai Reformasi yang telah terjadi sejak 1998, kami minta MoU tersebut dibatalkan" Ungkapnya

"Aksi ini akan terus terjadi hingga Rektor hadir menemui mahasiswa" tegas Atius Koordinator aksi

Saat aksi pemalangan dilakukan Rektor UNCEN Dr. Ir. Apollo Safanpo sedang berada di luar Papua sehingga belum bisa menemui masa aksi.

Demonstrasi berakhir dengan doa bersama jam 12 siang dan memblokade jalan naik kampus dengan kayu dan batu lalu masa mulai membubarkan diri.

Keesokan harinya Jumat (9/3) para Polisi lagi-lagi sudah berada di depan gapura UNCEN bersiaga dan demonstran kembali memalang kampus sebagai aksi lanjutan dari hari sebelumnya, namun sayangnya Rektor yang belum kembali dan tidak adanya pihak Lembaga yang bertemu mahasiswa membuat masa berorasi hingga lagi-lagi membubarkan diri jam 12 siang.

Aksi demonstrasi akan berlanjut di hari kerja berikutnya (12/3) menunggu kehadiran Lembaga untuk menerangkan Isi kerjasama dengan kepolisian tersebut.

Hingga tulisan ini diterbitkan belum ada satupun Mahasiswa yang melihat langsung isi MoU tersebut. Bagi penulis jika kerjasama antara UNCEN dan POLDA itu untuk membasmi Pemerkosa, pencuri dan orang bertopeng dilingkungan kampus saya SEPAKAT! Tapi jika untuk membungkam Suara Mahasiswa saya TOLAK! Kita tidak perlu menipu diri kita tentang lahirnya UNCEN Ditanah Papua yang hanya karena unsur politik, UNCEN kampus perjuangan dan juga Kampus yang melahirkan orang-orang hebat di Papua.

(Bersambung)

Comments

Popular Posts