Skip to main content

Featured

41 Hari (Puisi)

41 HARI Kaimana... Orang mengenalnya sebagai kota senja.. Tapi bagiku, kota penuh sejarah... Dengan beribu kisah Bagaikan uniknya kolam sisir Begitupula eksentriknya tanah air Inilah cinta yang Fitri Sebagai harapan adanya Gentrifikasi Indahnya Namatota bagai Bagaskara... Begitu eloknya Triton nan Baswara Harapan rakyat jelampah Lara muak Sadrah  Sanubariku terus dirundung  Bagaimana harapan temaram Tetapi weharima di kampung-kampung Terus dijaga tanda tak karam Pesona Kiruru menuju Bamana  Terus menerus hadir di isi kepala Kehidupan di Lakahia  Serta Omba Nariki jadi saksi hari bahagia Murano, Lumira dan Nanggaromi terus menanjak Pertanda raga tak sampai puncak Indurasmi menemani malam di Mai-mai Serta Kamaka dengan Swastamita yang permai Tak Lupa kisah Kayu merah penuh toleransi  Genggam erat cinta di kaki gunung Emansiri Inilah kehidupan di tanah Nugini Kisah tentang 41 hari... Adrenalin berpacu di Tanjung Nabima Tentang rasa dan asa Untuk semua orang baik Tu...

Bekas yang Berharga



Roy yang merupakan Mahasiswa di salah satu  perguruan tinggi negeri di kota Jayapura setiap pagi suka melakukan olahraga jalan pagi sekitar jam 5:30-6:30 pagi, namun setiap kali jalan dirinya suka membawa noken kosong yang nantinya digunakan untuk mengisi setiap kaleng bekas atau aluminium untuk dibawa pulang ke kos. Kaleng itu nantinya dikumpulkan hingga banyak lalu disetorkan atau dijual ke bank sampah atau tempat beli bestu(besi tua). Alasan dirinya melakukan hal itu adalah untuk mengurangi sampah dan juga menambah pendapatan ekonominy dengan memanfaatkan sampah.
Saat ini sampah menjadi masalah yang cukup kompleks bagi pemerintah, bukan hanya tentang sampah plastik tetapi juga alat elektronik bekas, besi tua, bahkan kaleng minuman. Setiap hari ada sekitar minimal 2 ton sampah yang dimuat ke TPA Nafri, Kota Jayapura. Padahal total sampah rumah tangga di kota Jayapura perhari mencapai 5 ton, lalu kemana 3 ton sisanya? Mungkin saja berakhir ke tempat pembakaran sampah rumah tangga yang justru menambah polusi udara, atau bisa saja berakhir ke sungai, danau ataupun laut.
Sampah atau barang bekas bagi kebanyakan orang adalah “kotoran”, tetapi bagi mereka yang peduli lingkungan akan menganggap itu sebagai ancaman yang harus secepatnya disterilkan. Sedangkan bagi mereka yang memiliki jiwa bisnis sekaligus peduli dengan lingkungan akan menganggap barang bekas itu sebagai peluang mendapatkan pundi-pundi rupiah sekaligus mengurangi sampah seperti cerita Roy diatas.
Namun tentu saja untuk memanfaatkan barang bekas dari sampah ini tidak mudah bagi kalangan muda di Papua, masih banyak anak muda yang gengsi untuk mengumpulkan sampah untuk dijual. Padahal barang bekas itu juga berharga dari pada dibiarkan mengotori bumi Papua. Namun tentu saja meskipun sedikit masih ada anak-anak muda yang peduli untuk memanfaatkan sampah atau barang bekas itu untuk dijual.
Akhir-akhir ini sudah ada pergerakan beberapa komunitas peduli lingkungan yang melakukan kampanye “angkat sampah” yang kemudian sampah tersebut akan dibawah ke TPA  atau dipilah dan ditabung ke tabungan sampah di Bank-bank sampah yang ada di kota dan Kabupaten Jayapura. Namun sayang jumlah orang-orang dan komunitas yang peduli lingkungan ini masih sangat minim,
Sudah selayaknya generasi muda di Papua melakukan tindakan nyata untuk menjaga lingkungan salah satunya dengan memanfaatkan barang bekas untuk dijadikan penghasilan ekonomi dari pada hanya jago berbicara politik dan sosial dengan mengabaikan lingkungannya. Mari hilangkan gengsi kita dan menjaga lingkungan sebelum sampah benar-benar membuat alam Papua yang indah menjadi ladang sampah.



Comments

Post a Comment

Popular Posts