Roy yang
merupakan Mahasiswa di salah satu
perguruan tinggi negeri di kota Jayapura setiap pagi suka melakukan
olahraga jalan pagi sekitar jam 5:30-6:30 pagi, namun setiap kali jalan dirinya
suka membawa noken kosong yang nantinya digunakan untuk mengisi setiap kaleng
bekas atau aluminium untuk dibawa pulang ke kos. Kaleng itu nantinya
dikumpulkan hingga banyak lalu disetorkan atau dijual ke bank sampah atau
tempat beli bestu(besi tua). Alasan dirinya melakukan hal itu adalah untuk mengurangi
sampah dan juga menambah pendapatan ekonominy dengan memanfaatkan sampah.
Saat ini sampah
menjadi masalah yang cukup kompleks bagi pemerintah, bukan hanya tentang sampah
plastik tetapi juga alat elektronik bekas, besi tua, bahkan kaleng minuman.
Setiap hari ada sekitar minimal 2 ton sampah yang dimuat ke TPA Nafri, Kota
Jayapura. Padahal total sampah rumah tangga di kota Jayapura perhari mencapai 5
ton, lalu kemana 3 ton sisanya? Mungkin saja berakhir ke tempat pembakaran
sampah rumah tangga yang justru menambah polusi udara, atau bisa saja berakhir
ke sungai, danau ataupun laut.
Sampah atau
barang bekas bagi kebanyakan orang adalah “kotoran”, tetapi bagi mereka yang
peduli lingkungan akan menganggap itu sebagai ancaman yang harus secepatnya
disterilkan. Sedangkan bagi mereka yang memiliki jiwa bisnis sekaligus peduli
dengan lingkungan akan menganggap barang bekas itu sebagai peluang mendapatkan
pundi-pundi rupiah sekaligus mengurangi sampah seperti cerita Roy diatas.
Namun tentu saja
untuk memanfaatkan barang bekas dari sampah ini tidak mudah bagi kalangan muda
di Papua, masih banyak anak muda yang gengsi untuk mengumpulkan sampah untuk
dijual. Padahal barang bekas itu juga berharga dari pada dibiarkan mengotori
bumi Papua. Namun tentu saja meskipun sedikit masih ada anak-anak muda yang
peduli untuk memanfaatkan sampah atau barang bekas itu untuk dijual.
Akhir-akhir ini
sudah ada pergerakan beberapa komunitas peduli lingkungan yang melakukan
kampanye “angkat sampah” yang kemudian sampah tersebut akan dibawah ke TPA atau dipilah dan ditabung ke tabungan sampah
di Bank-bank sampah yang ada di kota dan Kabupaten Jayapura. Namun sayang
jumlah orang-orang dan komunitas yang peduli lingkungan ini masih sangat minim,
Sudah selayaknya
generasi muda di Papua melakukan tindakan nyata untuk menjaga lingkungan salah
satunya dengan memanfaatkan barang bekas untuk dijadikan penghasilan ekonomi
dari pada hanya jago berbicara politik dan sosial dengan mengabaikan
lingkungannya. Mari hilangkan gengsi kita dan menjaga lingkungan sebelum sampah
benar-benar membuat alam Papua yang indah menjadi ladang sampah.
Sangat kreatif, dikembangkan terus ya
ReplyDeletependaftaran cpns