Skip to main content

Featured

Catatan Carlyno #1

  Mereka yang memiliki otoritas sengaja memelihara konflik dan membuat orang Papua dengan orang Papua sendiri saling membunuh, saling membenci, saling mendengki. Orang Papua tidak dipunahkan secara eksternal tetapi juga internal, pembiaran ini akan berdampak sampai dimana konflik antar sesama orang Papua. Lalu mereka yang menciptakan dan memelihara konflik akan dengan santainya menjual isu ke dunia luar bahwa mereka hadir sebagai pembawa kedamaian. Orang-orang tidak akan lagi melihat akar konflik, tidak akan lagi menarik benang merah konflik. Tetapi akan langsung mengambil sebuah kesimpulan, tentang tragedi berdarah yang tercipta tanpa penyelesaian yang terarah ke perdamaian. Andholyno

Bekas yang Berharga



Roy yang merupakan Mahasiswa di salah satu  perguruan tinggi negeri di kota Jayapura setiap pagi suka melakukan olahraga jalan pagi sekitar jam 5:30-6:30 pagi, namun setiap kali jalan dirinya suka membawa noken kosong yang nantinya digunakan untuk mengisi setiap kaleng bekas atau aluminium untuk dibawa pulang ke kos. Kaleng itu nantinya dikumpulkan hingga banyak lalu disetorkan atau dijual ke bank sampah atau tempat beli bestu(besi tua). Alasan dirinya melakukan hal itu adalah untuk mengurangi sampah dan juga menambah pendapatan ekonominy dengan memanfaatkan sampah.
Saat ini sampah menjadi masalah yang cukup kompleks bagi pemerintah, bukan hanya tentang sampah plastik tetapi juga alat elektronik bekas, besi tua, bahkan kaleng minuman. Setiap hari ada sekitar minimal 2 ton sampah yang dimuat ke TPA Nafri, Kota Jayapura. Padahal total sampah rumah tangga di kota Jayapura perhari mencapai 5 ton, lalu kemana 3 ton sisanya? Mungkin saja berakhir ke tempat pembakaran sampah rumah tangga yang justru menambah polusi udara, atau bisa saja berakhir ke sungai, danau ataupun laut.
Sampah atau barang bekas bagi kebanyakan orang adalah “kotoran”, tetapi bagi mereka yang peduli lingkungan akan menganggap itu sebagai ancaman yang harus secepatnya disterilkan. Sedangkan bagi mereka yang memiliki jiwa bisnis sekaligus peduli dengan lingkungan akan menganggap barang bekas itu sebagai peluang mendapatkan pundi-pundi rupiah sekaligus mengurangi sampah seperti cerita Roy diatas.
Namun tentu saja untuk memanfaatkan barang bekas dari sampah ini tidak mudah bagi kalangan muda di Papua, masih banyak anak muda yang gengsi untuk mengumpulkan sampah untuk dijual. Padahal barang bekas itu juga berharga dari pada dibiarkan mengotori bumi Papua. Namun tentu saja meskipun sedikit masih ada anak-anak muda yang peduli untuk memanfaatkan sampah atau barang bekas itu untuk dijual.
Akhir-akhir ini sudah ada pergerakan beberapa komunitas peduli lingkungan yang melakukan kampanye “angkat sampah” yang kemudian sampah tersebut akan dibawah ke TPA  atau dipilah dan ditabung ke tabungan sampah di Bank-bank sampah yang ada di kota dan Kabupaten Jayapura. Namun sayang jumlah orang-orang dan komunitas yang peduli lingkungan ini masih sangat minim,
Sudah selayaknya generasi muda di Papua melakukan tindakan nyata untuk menjaga lingkungan salah satunya dengan memanfaatkan barang bekas untuk dijadikan penghasilan ekonomi dari pada hanya jago berbicara politik dan sosial dengan mengabaikan lingkungannya. Mari hilangkan gengsi kita dan menjaga lingkungan sebelum sampah benar-benar membuat alam Papua yang indah menjadi ladang sampah.



Comments

Post a Comment

Popular Posts