Skip to main content

Featured

Catatan Carlyno #1

  Mereka yang memiliki otoritas sengaja memelihara konflik dan membuat orang Papua dengan orang Papua sendiri saling membunuh, saling membenci, saling mendengki. Orang Papua tidak dipunahkan secara eksternal tetapi juga internal, pembiaran ini akan berdampak sampai dimana konflik antar sesama orang Papua. Lalu mereka yang menciptakan dan memelihara konflik akan dengan santainya menjual isu ke dunia luar bahwa mereka hadir sebagai pembawa kedamaian. Orang-orang tidak akan lagi melihat akar konflik, tidak akan lagi menarik benang merah konflik. Tetapi akan langsung mengambil sebuah kesimpulan, tentang tragedi berdarah yang tercipta tanpa penyelesaian yang terarah ke perdamaian. Andholyno

PENANGANAN KESEHATAN DI DAERAH PEDALAMAN YANG IDEAL

 


Orang yang sehat bisa melakukan aktivitas apa saja yang diinginkannya, sedangkan orang yang sakit akan sangat susah untuk beraktivitas. Setiap orang berhak hidup sehat, untuk bisa hidup sehat dipengaruhi oleh pribadi masing-masing individu dan lingkungan di sekitarnya. Jadi kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Artinya manusia harus menjaga kondisi tubuhnya untuk tetap sehat dengan cara melatih dirinya dan mendapatkan asupan gizi serta dukungan dari lingkungan atau orang-orang disekitarnya dengan positif.

 

Lalu bagaimana jika seseorang sudah terlanjur sakit? Umumnya dia harus pergi ke fasilitas kesehatan guna mendapatkan pemeriksaan dan perawatan oleh tenaga kesehatan. Hal ini terdengar mudah, jika kita hidup di daerah perkotaan. Bagaimana dengan daerah pedalaman? Apa yang harus dilakukan warga ketika sakit? Tentu saja harus pergi juga ke fasilitas kesehatan atau tenaga kesehatan terdekat. Namun, kita tidak dapat menyamakan kondisi di perkotaan dengan pedalaman pada frekuensi yang sama. Negara telah menjamin kesehatannya setiap warga negaranya dalam UUD 1945 Pasal 28 A, sehingga setiap masyarakat berhak hidup sehat.

 

Pedalaman memiliki berbagai rintangan alam yang khas, mulai dari jalan yang belum mulus hingga hutan belantara yang luas. Apalagi kalau fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatannya juga jauh dari pemukiman, biasanya memang terdapat tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan tetapi itu di ibukota distrik, sehingga sangat jauh untuk dicapai masyarakat dari kampung-kampung yang jauh apalagi dalam keadaaan darurat. Coba bayangkan bagaimana ibu hamil harus memeriksa kondisi kehamilannya setiap bulan ke fasilitas kesehatan yang jaraknya puluhan kilometer dengan kondisi jalan yang bisa dikatakan rusak berat, alias tidak mulus seperti di perkotaan. Itu baru memeriksa kondisi kehamilan, bagaimana jika dalam keadaan harus melahirkan? Bisa-bisa melahirkan dijalan bukan! 

 

Padahal kesehatan bagi sesama itu sangat penting, setiap masalah dan rintangan pasti punya solusinya. Penanganan masalah kesehatan di daerah pedalaman pastinya akan berbeda dengan penanganan kesehatan di daerah perkotaan, jika tenaga kesehatan di daerah perkotaan akan menunggu pasien datang ke fasilitas kesehatan maka di daerah pedalaman belum tentu harus menerapkan hal yang sama. Bisa saja para tenaga kesehatan itu menunggu pasien, tapi pasien justru kesusahan mencapai fasilitas kesehatan. Sehingga perlu adanya dorongan inovasi untuk penanganan kesehatan di daerah pedalaman.

 

Inovasi-inovasi dalam penanganan kesehatan ini diperlukan bukan saja sebagai suatu program tetapi lebih kepada solusi sesuai kebutuhan wilayah, tentunya juga inovasi tersebut haruslah sesuai dengan kondisi dan rintangan yang di alami di daerah pada khususnya daerah pedalaman. Inovasi juga harus didukung dengan gerakan sinergi berbagai elemen guna mencapai tujuan bersama, hal ini diperlukan karena kita membutuhkan kesehatan yang baik untuk sesama. Untuk bisa terwujud cita-cita kesehatan yang baik untuk sesame tidak bisa hanya dengan rasa peduli, tetapi juga harus dengan tindakan dan idea tau solusi dari buah pemikiran kita kepada sesame khususnya masyarakat di daerah pedalaman yang selama ini, sulit untuk mendapatkan askes kesehatan yang baik dan tersedia setiap waktu dalam tingkat kebutuhan mendadak.

 

Kebijakan-kebijakan pemerintah daerah untuk penanggulangan masalah kesehatan di daerah pedalaman sejatinya harus melihat akar masalahnya, jangan sampai justru membuat kebijakan dalam bentuk program yang tidak sesuai kebutuhan di lapangan. Hal itu hanya akan membuang-buang tenaga dan dana tanpa hasil yang maksimal. Oleh karena itu penting untuk mendengar keluhan dari kalangan masyarakat akar rumput. Tidak hanya sebatas di dengar tetapi juga dimasukkan ke dalam kebijakan-kebijakan strategis yang turunannya berupa program yang menjadi strategi untuk mencapai target (kesehatan) di daerah pedalaman yang layak atau ideal.

 

Lalu bagaimana idealnya penanganan kesehatan di daerah pedalaman? Idealnya adalah penanganan dilakukan sesuai kondisi wilayah pedalamannya. Serta beberapa inovasi dan tindakan yang langsung tepat sasaran, setiap daerah pedalaman tentunya memiliki tingkat rintangan dan masalahnya yang berbeda-beda sehingga tindakannya juga harus disesuaikan. Adalah beberapa solusi atau contoh dibawah ini yang bisa dipakai sebagai tolak ukur atau catatan penting untuk dikembangkan ke depannya.

 

Salah satu cara inovasi dan tindakan yang sesuai dengan kebutuhan wilayah pedalaman adalah Patroli Kesehatan, yang dimaksud disini adalah memberikan pelayanan dengan cara turun langsung ke kampung-kampung, atau bisa dikenal dengan jemput. Cara seperti ini bisa dilakukan ke kampung-kampung yang jangkauannya sangat jauh dari fasilitas kesehatan, dengan membentuk tim yang terdiri dari beberapa tenaga ahli tentunya akan lebih baik karena masyarakat akan merasa bahwa mereka diperhatikan dan bagi mereka lebih senang. Bisa dengan berjalan kaki untuk menempuh perjalanan, atau bisa juga dengan menggunakan kendaraan-kendaraan yang bisa melintasi medan di daerah pedalaman itu sendiri. Serta dibutuhkan juga tenaga kesehatan yang memahami budaya dari masyarakat setempat yang masuk area patrolinya agar selain pendekatan-pendekatan formal bisa juga dengan pendekatan informal kepada masyarakat.

 

Adapula dengan cara program Mobile service yang harus diterapkan dalam menjawab permasalahan kesehatan di daerah pedalaman, mobil service ini dilaksanakan untuk bekerja sama dengan puskesmas setempat. Lewat mobile service ini, tim dokter mengunjungi para ibu di pelosok-pelosok untuk diberikan penyuluhan tentang kesehatan. Upaya penurunan nilai AKI (angka kematian ibu) maupun bayi baru lahir menjadi program prioritas. Tim medis turun langsung ke lapangan dalam menangani kasus ini melalui peningkatan pelayanan kesehatan ibu, balita, dan keluarga berencana (KB).

 

 

Selain itu bisa juga dengan menerapkan 1 kampung/desa 1 tenaga kesehatan, hal ini guna mengoptimalkan sumberdaya manusia lulusan pendidikan di bidang kesehatan, apalagi sekarang dengan adanya dana desa ini bisa menjadi jawaban untuk permasalahan yang dihadapi kampung atau desa yang sulit terjangkau, sehingga dalam keadaan darurat sekalipun di kampung-kampung itu terdapat tenaga kesehatan yang siap sedia memberika pelayanan sesuai dengan tingkat eskalasi kebutuhan pengobatannya. Selain itu juga bisa menjadi pemberi pertolongan pertama bagi korban sebelum diberikan tindakan lanjutan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.

 

Tentu saja berbagai contoh dan masukkan diatas hanya beberapa bagian kecil dari solusi untuk menjawab permasalahan penanganan kesehatan di daerah pedalaman, kembali lagi setiap daerah pedalaman memiliki masalah dan rintangannya masing-masing. Sehingga perlu semua komponen bersatu padu melihat penanganan kesehatan di daerah pedalaman sebagai suatu panggilan solidaritas untuk saudara-saudara kita disana. Kiranya penanganan kesehatan di daerah pedalaman semakin inovatif sesuai kebutuhan dan semakin baik ke depan, agar semua masyarakat boleh memperoleh pelayanan kesehatan yang sama.

 

Karena tanpa kesehatan yang baik bagi seluruh mayarakat, maka sejatinya kita belum melaksanakan Pasal 28 A Undang-undang Dasar tahun 1945.

 

Kalau bukan kita yang peduli kesehatan sesame kita di daerah pedalaman, siapa lagi yang mau peduli? Kalau bukan sekarang? Kapan lagi?

 

Salam dari kota matahari terbit, Jayapura.

 

 

 

Comments

Popular Posts