Skip to main content

Featured

Catatan Carlyno #1

  Mereka yang memiliki otoritas sengaja memelihara konflik dan membuat orang Papua dengan orang Papua sendiri saling membunuh, saling membenci, saling mendengki. Orang Papua tidak dipunahkan secara eksternal tetapi juga internal, pembiaran ini akan berdampak sampai dimana konflik antar sesama orang Papua. Lalu mereka yang menciptakan dan memelihara konflik akan dengan santainya menjual isu ke dunia luar bahwa mereka hadir sebagai pembawa kedamaian. Orang-orang tidak akan lagi melihat akar konflik, tidak akan lagi menarik benang merah konflik. Tetapi akan langsung mengambil sebuah kesimpulan, tentang tragedi berdarah yang tercipta tanpa penyelesaian yang terarah ke perdamaian. Andholyno

Papuan Youth Festival 2019 dengan misi Pentingnya Pendidikan Kesehatan Seksual dan Reproduksi Bagi Remaja

Papuan Youth Festival yang diselenggarakan pada Hari Kamis, 7 November 2019 di Ballroom Hotel Horizon Kotaraja dengan Thema "Love YourSelf first" berlangsung meriah dan bermakna.
Ini bukan sembarang Festival, kegiatan ini sangat berbeda dari festival-festival pada biasanya. Ketika saya datang, tampak beberapa siswa SMA/K sedang berdiri antri mengisi absen dengan memakai pakaian batik seragam sekolah. Saya lalu berkata dalam hati "Waduh, jangan-jangan semua yang hadir memakai pakaian rapi (maklum saya memakai kaos oblong)" namun tidak lama seorang panitia menanyakan asal saya, untungnya absen saya berbeda karena saya dari media. Dan ternyata banyak juga yang memakai kaos oblong sehingga kekhawatiran saya pun hilang.

Di festival ini ada beberapa stand, mulai dari yang jualan pakaian, makanan dan kerajinan. Namun ada 1 stand yang begitu menarik, yakni stand dari Independent Youth Forum Papua (IYFP). Di stand mereka kita bisa belajar tentang pendidikan kesehatan seksual, reproduksi, persamaan hak pria dan wanita terutama bagi remaja dan anak Muda.

Di stand mereka tersedia sebuah baliho putih berukuran 3x2 Meter untuk bebas ditulis apa saja oleh para peserta dan undangan festival, saya begitu tertarik menuliskan sesuatu. Saya pun menulis "Hargai Wanita bukan hanya sekedar dengan membayar mas kawin"

Setelah menulis kalimat tersebut, saya lalu berbincang dengan seorang anggota IYFP bang Rangga. Dia ternyata tertarik dengan apa yang saya tulis, kamipun berbincang sampai larut dan tidak sadar pembukaan acara festival sedang berlangsung.

Ada yang menarik dalam perbincangan kami, ternyata teman-teman dari IYFP telah berjalan sejak tahun 2010 dan baru berdiri sah pada 2012. Mereka berjuang untuk hak-hak kesehatan dan pendidikan bagi remaja di Papua, namun mereka banyak mengalami kendala. Mulai dari dana yang minim hingga kekurangan anggota dan sukarelawan, bahkan di IYFP saat ini menurut penuturan Bang Rangga hanya sisa 15 orang yang aktif. Itupun hanya ada 2 anak Orang Asli Papua (OAP), sehingga dirinya berharap jika ada anak-anak remaja yang tertarik dengan isu yang mereka dorong bisa segera bergabung bersama mereka.

Saat ini di Papua membicarakan tentang kesehatan Seksual dan Reproduksi menjadi sesuatu yang tabuh, sangat jarang ada nasehat dari orang tua kepada anak di keluarga. Padahal keluarga merupakan sarana pendidikan paling ampuh dalam mendidik generasi muda. Bahkan saya cukup senang dengan pernyataan Bang Rangga yang mengatakan bahwa anak sekolah yang hamil tidak harus dikeluarkan dari sekolah, karena jika dikeluarkan maka sekolah telah melanggar dan merampas hak pendidikan anak tersebut.

Setelah berbincang dengan bang Rangga kemudian saya mengikuti Talkshow yang dipandu Bang Ael Napitupulu, hadir beberapa perwakilan sebagai pembicara. Namun yang sangat saya kagumi adalah hadirnya seorang ODHA yakni Kaka Baby Rivona Nasution, Ia tampil nyentrik disaat banyak peserta festival sibuk bicara sendiri hingga membuat semua fokus kepada jalannya talkshow. Ia mengakui bahwa dirinya sudah hidup 17 tahun sebagai ODHA, namun bisa mempunyai anak Negatif HIV. Kemudian Kak Baby bertanya kepada semua yang hadir "Siapa yang pernah gunakan Narkoba? Gimana rasanya?" Lalu beberapa peserta mengangkat tangan dan menjawab "Enakkk". Lalu dibalas dengan tegas olehnya "Enak itu hanya diawal! Saya tidak mau suatu hari nanti bertemu teman-teman saat sudah tidak punya Harapan Hidup".

Baginya, saat ini remaja harus mengetahui informasi pendidikan kesehatan seksual agar tidak mencoba-coba sesuatu tanpa diketahui. Yang paling keren dari kata-kata Kaka Baby adalah bagi mereka yang sudah terlanjur terjerumus adalah Bukan berani mati, tapi harus berani Hidup!

Selain itu hadir juga Ibu Bety Puy selaku kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak kota Jayapura. Beliau menyampaikan bahwa anak muda harus semangat untuk menata hidupnya. Hal baik dan buruk ada di kota Jayapura, sehingga dirinya tidak akan bosan-bosan untuk terus berbicara tentang kesehatan seksual dan reproduksi bagi anak muda di kota Jayapura.

Hal paling keren bagi saya adalah ketika Pembicara dari Stikes Jayapura. Yakni Ibu Nurul Hidayah yang meminta Seorang Siswa dan Siswi secara bergantian maju ke depan dan menjelaskan alat-alat reproduksi dan seksual serta cara merawatnya. Tanpa canggung kedua remaja itupun mempraktekan dan menjawab setiap pertanyaan Ibu Nurul.

Adapun dalam kegiatan Papuan Youth Festival 2019 ini dilaksanakan beberapa lomba yang menyasar anak Muda seperti Lomba Pidato, Rap dan Dance yang semuanya membawa thema Pentingnya pendidikan Kesehatan seksual dan reproduksi.

Tampak beberapa lirik dalam lagu Rap yang dibawakan para peserta berisi dan mengandung makna yang mendalam sebagai informasi bagi kaum muda dengan gaya anak muda.

Terima kasih Inti Muda Papua, ditunggu Papuan Youth Festival 2020 lagi nanti.



Comments

Popular Posts