Skip to main content

Featured

Cerita Perjalanan: Sorong-Pomako (Bagian 1)

 120 JAM Berlayar Bersama Sabuk Nusantara 75 Rabu sore (28/8) usai berkunjung ke keluarga di pulau Doom, saya lalu mampir untuk makan es pisang ijo di belakang kantor PLN Kota Sorong. Kebetulan yang menjualnya adalah teman lama saya saat bekerja di Tambrauw, namanya Noritha Fentiana Murafer. Usai menyantap 2 porsi es pisang ijo saya langsung pulang ke rumah. Setelah sampai di rumah, saya lalu membereskan barang-barang kedalam 2 ransel "teman hidup" saya. Kemudian makan dan mandi, setelah beres saya lalu berpamitan dan menuju ke pelabuhan menggunakan angkutan umum. Saat sampai di pelabuhan sekitar jam 7.30 malam, ternyata kapal belum masuk. Saya akan berlayar menggunakan KM. Sabuk Nusantara 75 dari Sorong ke Pomako (Mimika). Pelayaran ini memiliki rute Sorong-Yellu- Bula- Geser- Goram- Fakfak- Karas- Kaimana- Lobo- Pomako. Artinya kami akan menyinggahi 8 pemberhentian sebelum sampai ke pelabuhan tujuan saya. Setelah menunggu beberapa saat, tidak lama kemudian kapal pun sandar

Bertemu Jokowi

Kedewasaan sebuah bangsa tidak hanya terlihat dari bagaimana mereka menghargai adanya perbedaan pendapat. Namun lebih dari itu adalah sejauh mana mereka mampu mencari solusi dari setiap permasalahan yang terkait dengan perbedaan tersebut, sesuai dengan aturan-aturan dan kaidah yang berlaku. (Bambang Pamungkas)

Suatu kebanggaan bisa bertemu langsung dengan Presiden Indonesia ke-7 Ir.H.Joko Widodo di Istana Negara Bogor, Jawa Barat pada Senin,12 November 2018.

Bersama 99 pemuda Millennial lainnya yang saat itu bangga bertemu Presiden, namun 10 tahun mendatang kami bisa saja akan berada di posisi sang Presiden.

Lebih membanggakan lagi adalah bisa melihat foto Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Ibu Mega hingga SBY dan Jokowi lalu seorang anggota Paspamres menepuk pundak saya dan berkata "suatu saat fotomu pasti terpajang disana juga (menjadi Presiden)" ya, saat foto bersama saya berdiri paling belakang sambil mengangkat kepalan tangan kanan. Karena itu yang dahulu sering Bung Karno lakukan.

Suatu kebanggaan bisa bertemu 99 pemuda lainnya dari seluruh Indonesia dengan berbagai macam perbedaan namun kita mencari solusi agar dapat hidup bersama dalam damai.

Pagi itu (Senin, 12 November 2018) jam 3 pagi telepon di kamar hotel Aryaduta, Jakarta berbunyi membangunkan saya. Teman kamar saya Adi dari Kalimantan Utara memang tidak nginap di kamar saya, dia lebih memilih nongkrong di kamar teman lainnya, bunyi telepon ditengah mimpiku membuat saya sontak kaget bangun, rupanya itu panggilan dari resepsionis hotel untuk memberitahu bahwa sarapan sudah tersedia. sayapun segera bangun untuk berdoa lalu menuju ke kamar mandi.

setelah siap, saya turun ke ruang makan untuk sarapan lalu setelah itu bersama-sama teman-teman kelompok 7 menaiki bus 02 untuk pergi ke istana Bogor, ini pengalaman pertama saya ke Bogor.

perjalanan ditempuh sekitar 2 jam dari hotel hingga menuju ke istana, setelah melewati pintu masuk kebun raya Bogor bus berhenti dan kami turun, semua HP ditinggalkan dalam bus lalu kami satu persatu diperiksa di pos pemeriksaan oleh pasukan pengamanan untuk selanjutnya masuk menuju istana, sesampai di teras istana kami disuguhkan dengan aneka makanan khas Indonesia untuk sarapan. Sayapun mengambil 2 buah jagung rebus untuk dimakan, setelah itu saya bersama beberapa teman berjalan menuju ruangan pertemuan.

Sampai di ruangan pertemuan saya duduk di baris ke-lima bersama teman-teman kelompok 7 lainnya, setelah itu kami menunggu sekitar 20 menit lalu hadirin dimohon berdiri dan Presiden Indonesia Ir. Joko Widodo memasuki ruangan. Saya dapat dapat melihat beliau secara langsung dalam satu ruangan, setelah beberapa agenda dilaksanakan beliau menyampaikan pidato. Saat beliau menyampaikan pidato saya sempat tertidur dalam ruangan, jujur saat itu saya sangat mengantuk karena harus bangun jam 3 subuh. 

Setelah selesai beliau lalu berjalan melewati barisan bagian tengah dan bersalam-salaman dengan para peserta, saya juga bersalaman dengan orang nomor 1 di Indonesia itu, setelah itu kami diajak foto bersama di anak tangga dengan 3 pose atau gaya. pertama, gaya formal. kedua, gaya bebas dan terakhir sambil berjalan kedepan. 


Suatu kebanggaan dapat berkunjung ke istana Bogor, bagi saya itu adalah kunjungan Multilateral dari berbagai perwakilan suku bangsa ke seorang Pemimpin negara.

Comments

Popular Posts