Skip to main content

Featured

Cerita Perjalanan: Sorong-Pomako (Bagian 1)

 120 JAM Berlayar Bersama Sabuk Nusantara 75 Rabu sore (28/8) usai berkunjung ke keluarga di pulau Doom, saya lalu mampir untuk makan es pisang ijo di belakang kantor PLN Kota Sorong. Kebetulan yang menjualnya adalah teman lama saya saat bekerja di Tambrauw, namanya Noritha Fentiana Murafer. Usai menyantap 2 porsi es pisang ijo saya langsung pulang ke rumah. Setelah sampai di rumah, saya lalu membereskan barang-barang kedalam 2 ransel "teman hidup" saya. Kemudian makan dan mandi, setelah beres saya lalu berpamitan dan menuju ke pelabuhan menggunakan angkutan umum. Saat sampai di pelabuhan sekitar jam 7.30 malam, ternyata kapal belum masuk. Saya akan berlayar menggunakan KM. Sabuk Nusantara 75 dari Sorong ke Pomako (Mimika). Pelayaran ini memiliki rute Sorong-Yellu- Bula- Geser- Goram- Fakfak- Karas- Kaimana- Lobo- Pomako. Artinya kami akan menyinggahi 8 pemberhentian sebelum sampai ke pelabuhan tujuan saya. Setelah menunggu beberapa saat, tidak lama kemudian kapal pun sandar

TENTANG HATI



Kududuk di kampung Resye sambil memandang ke tanjung Refun, terlihat dekat namun jauh untuk kususuri.


Langit tampak kelabu, bagaikan alam meresponi perbincangan kita berdua. Dikala hati hampir mati suri.


Adat memang selalu kita pegang teguh, namun soal hati tak dapat dibohongi. Karena kau selalu kuingini, agar kelak menjadi permaisuri.


Mencintaimu bagaikan kemerdekaan Papua yang selalu kudamba, meski rasanya mustahil namun selalu kudoakan dan kuperjuangkan. 

Karena semua ini tentang hati.


Daku rela mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga untukmu. Bagaikan seorang pejuang yang memperjuangkan suatu kebebasan, begitu pula aku siap berjuang mendapatkan cintamu dalam sebuah pertempuran dengan segala taruhannya. 

Karena bagiku dikaulah kemerdekaan dalam sanubari.

Jika memilikimu adalah sebuah khayalan, biarkan itu menjadi perkara bagiku. Karena rasa cinta padamu bukanlah suatu ilusi.


Womom, 26 Juni 2022


Comments

Popular Posts