Skip to main content

Featured

Cerita Perjalanan: Sorong-Pomako (Bagian 1)

 120 JAM Berlayar Bersama Sabuk Nusantara 75 Rabu sore (28/8) usai berkunjung ke keluarga di pulau Doom, saya lalu mampir untuk makan es pisang ijo di belakang kantor PLN Kota Sorong. Kebetulan yang menjualnya adalah teman lama saya saat bekerja di Tambrauw, namanya Noritha Fentiana Murafer. Usai menyantap 2 porsi es pisang ijo saya langsung pulang ke rumah. Setelah sampai di rumah, saya lalu membereskan barang-barang kedalam 2 ransel "teman hidup" saya. Kemudian makan dan mandi, setelah beres saya lalu berpamitan dan menuju ke pelabuhan menggunakan angkutan umum. Saat sampai di pelabuhan sekitar jam 7.30 malam, ternyata kapal belum masuk. Saya akan berlayar menggunakan KM. Sabuk Nusantara 75 dari Sorong ke Pomako (Mimika). Pelayaran ini memiliki rute Sorong-Yellu- Bula- Geser- Goram- Fakfak- Karas- Kaimana- Lobo- Pomako. Artinya kami akan menyinggahi 8 pemberhentian sebelum sampai ke pelabuhan tujuan saya. Setelah menunggu beberapa saat, tidak lama kemudian kapal pun sandar

CERITA DARI PANTAI PENELURAN PENYU BELIMBING TAMAN PESISIR JEEN WOMOM

 

Sebuah kisah perjalanan belajar tentang Penyu di pantai peneluran Taman Pesisir Jeen Womom yang dikelola oleh Tim Pemantauan Penyu dan Perlindungan Sarang dari Program Sains untuk Konservasi LPPM UNIPA

Hari minggu, 19 Juni 2022 menggunakan perahu Boto (penyu lekang dalam bahasa Abun)
kami berlayar dari kampung Resye menuju pantai batu rumah dimana terdapat pos kru monitoring
penyu. Kami tim PM (Pendamping Masyarakat dan Narahubung Program) di dampingi beberapa
orang kru monitoring merupakan trip ke-2 dari tim yang pulang kembali ke pantai usai berakhir
pekan ke kampung Resye, kami melewati tanjung Refun, pantai Wembrak, pantai Mambram hingga
tiba di pantai batu rumah. Ketika masih di laut, semua kru yang sudah terlebih dahulu berada di
pantai langsung bersiap siaga dengan kayu bantalan untuk mendorong perahu. Begitu perahu melaju
mengikuti ombak hingga di bibir pantai kami semua langsung melompat untuk mendorong perahu
ke darat menjauhi ombak, itulah kesan begitu mendaratkan kaki di pantai batu rumah.


Setelah sampai kami langsung menuju ke pos batu rumah, karena hari masih sore kamipun
membersihkan sayur dan masak serta makan. Pada malam hari kami mengikuti evaluasi mingguan
kru monitoring dan briefing bersama untuk menyampaikan rencana kami selama berada di pantai
dan juga mendengarkan arahan dari koordinator pantai peneluran Jeen Yessa, setelah itu kami
beristirahat sejenak untuk bersiap mengikuti patroli malam bersama kru Warmamedi ke pantai
Warmamedi. Jam 11.27 kami tim PMNH (Andho, Ina, Christina dan Sando) mulai berjalan kaki untuk
patrol malam bersama 4 orang kru monitoring (Benny, Pain, Victor dan Thomas). Kami berjalan dari
pos batu rumah yang berada tepat di sektor 215 ke pos warmamedi yang berada di sektor 295
dimana jarak antar sektor adalah 50 meter (jumlah keseluruhan sektor di pantai peneluran Jeen
Yessa adalah dimulai dari sektor 0 di tanjung Refun sampai sektor 340 di ujung pantai Warmamedi).
Ke arah Warmamedi kami berjalan melewati batu rumah, hingga mendekati batu penyu kami
bertemu seekor Penyu belimbing yang sedang berkamuflase agar sarangnya tidak mudah dikenali,
sontak kamipun mengamati penyu dibantu oleh kru monitoring, kami melihat bagaimana perlakuan
terhadap penyu usai bertelur seperti mengukur panjang dan lebar karapas penyu, meng-scan chip
pada penyu untuk mengetahui apakah penyu lama atau baru.


Bulan terang mulai tampak di ufuk timur sebagai sambutan kepada kami yang memasuki
area pantai Warmamedi, kami berjalan lagi usai penyu kembali turun ke laut, setelah melewati
tanjung tidak lama kemudian salah seorang kru yang telah berjalan duluan memberikan kode senter
merah kedip-kedip sebanyak 3 kali pertanda ia menemukan seekor penyu. Setelah mendekati tanda
itu sekitar 20 meter kami diminta istirahat karena ada penyu belimbing sedang bertelur, kamipun
beristirahat sembari bergantian melihat proses penyu belimbing bertelur. Penyu Belimbing mampu melepaskan telur kedalam sarang sekitar 60-120 telur dalam sekali bertelur, dari telur yang banyak
tersebut dibagi lagi kedalam telur normal dan telur abnormal. Waktu yang butuhkan Penyu
Belimbing (dalam bahasa Abun disebut Womom) mulai dari naik ke pantai, menggali sarang,
bertelur, menutup sarang, berkamuflase hingga kembali ke laut bisa memakan waktu 2-3 jam lebih.
Sambil menunggu penyu belimbing kedua yang kami temui ini bertelur, tampak dari arah
timur sekitar 40-50 meter muncul dari permukaan bibir pantai merayap menjauhi pecahnya ombak
sebuah benda berwarna hitam. Tidak lain dan sudah pasti itu seekor penyu belimbing lainnya yang
hendak naik bertelur, sambil menunggu kami berdiskusi menanyakan berbagai hal kepada kru
monitoring mengenai pengalaman mereka selama menjadi kru di pantai peneluran. Juga bertanya
mengenai sebutan kode (LW= Low Water, HW = High Water & BT= Batas Vegetasi) yang sering
digunakan kru untuk menyebut posisi sarang saat penyu bertelur. Sambil menunggu, ternyata penyu
belimbing ketiga yang kami temui tidak jadi bertelur atau dengan kata lainnya error sehingga penyu
belimbing tersebut kembali ke dalam air. Usai penyu belimbing kedua yang bertelur berkamuflase
dan kembali ke laut, kamipun melanjutkan perjalanan ke arah pos Warmamedi.

 

Saat patroli malam, kami tidak boleh menggunakan senter dengan cahaya putih karena akan
membuat penyu yang hendak naik ke pantai untuk bertelur akan kembali ke laut. Hal ini dikarenakan
penyu sangat sensitif terhadap cahaya putih, sehingga kami hanya boleh menggunakan senter
dengan cahaya merah. Setelah berjalan sekitar 200 meter, saya menemukan jejak naik dari penyu belimbing, sehingga saya mencoba mengikuti jejak tersebut. Sekitar 20 meter ke arah darat tampak seekor penyu belimbing hendak turun kembali ke laut, ini merupakan penyu belimbing ke-4 yang kami
temui malam ini. Sayapun memberi kode kedip 3x cahaya merah di senter pertanda ada penyu, kru
monitoring pun datang menghampiri dan dikarenakan penyu belimbing tersebut sudah mau balik ke
laut maka langsung saja dilakukan perlakuan kepada penyu. Setelah itu kamipun berjalan ke Pos
Warmamedi hingga tiba tepat jam 3.14 dinihari, kami langsung masak untuk makan kemudian
beristirahat.


Setelah bangun di pagi hari, kami lalu masak dan makan sambil menunggu teman-teman kru
monitoring yang masih beristirahat. Siang hari barulah kami melakukan monitoring siang kembali ke
pos batu rumah, monitoring siang kami ditemani kaka Mesakh, Benny dan Pain. Saat melakukan
monitoring siang ini kami melakukan protect sarang untuk melindungi sarang dari predator
(Predatornya antara lain anjing, biawak dan babi), kami mengikuti kaka Mesakh untuk mengambil
kayu kemudian diajarkan cara melindungi sarang seperti posisi kayu dan kedalaman ditancapkan
serta jarak antar kayu. Setelah selesai kamipun berjalan ke pos batu rumah hingga tiba sore hari,
kami kemudian beristirahat untuk menunggu instruksi dari kru batu rumah agar malam hari melakukan perjalanan monitoring malam ke arah Wembrak. Karena di Tanjung kasuari (batas antara
Pantai Wembrak dan pantai Batu Rumah) nanti kami akan dijemput oleh Nathan (kru Wembrak)
yang sudah kami sepakati sejak briefing pada malam sebelumnya.
Usai beristirahat, kami mengikuti Benny untuk melakukan patroli malam ke arah Wembrak.
Kami menemukan jejak penyu yang beberapa jam sebelumnya naik bertelur, Benny juga melakukan
perlindungan sarang dari predator pada sarang penyu yang belum dilindungi. Sambil menunggu
kamipun beristirahat sejenak, saat istirahat ini saya melihat ke arah pantai dimana tampak sebuah
benda berwarna hitam muncul dari permukaan. Sayapun menyampaikannya kepada Benny, ia
mengatakan bahwa disekitar sini tidak ada kayu sehingga jangan-jangan itu adalah penyu yang naik.
Benar saja, itu adalah penyu belimbing sang dewa laut. Bertemu penyu belimbing ke-5 ini
merupakan momen paling terbaik, dimana kami bisa menyaksikan kejadian ke kejadian mulai dari
penyu naik ke pantai untuk bertelur hingga turun kembali ke laut. Disini juga kami menyaksikan
bagaimana bintang begitu gemerlapan disertai cahaya bulan yang naik dari arah Warmamedi sambil
tidur beralaskan pasir, setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke arah Tanjung Kasuari.
Setelah sampai di Mambram, dari arah Tanjung Kasuari tampak ada yang memberi kode
menggunakan senter. Pertanda Nathan sudah menunggu kami, kamipun melanjutkan perjalan
sembari beberapa kali menoleh melihat apakah ada penyu belimbing yang muncul di bibir pantai
dengan cahaya bulan yang menyinari pasir sepanjang pantai peneluran.

 

Berjalan sampai di Tanjung Kasuari, kami bertemu 2 kru Wembrak (Ika dan Nathan) yang
sudah menunggu kami. Disinilah momen yang mengharukan dimana kami harus berpisah dengan
Benny, karena ia harus monitoring kembali ke Batu Rumah. Kami ber-enam lalu melanjutkan
perjalanan ke arah pos Wembrak di sektor 38, sambil berjalan kami bertemu beberapa jejak penyu.
Di Wembrak kami bertemu 2 ekor penyu belimbing, jarak Batu Rumah-Wembrak yang sangat jauh
sekitar 9 KM ditambah dengan medan pasir yang lembek menbuat kami sangat kelelahan, berbeda
dengan jarak Batu Rumah-Warmamedi sekitar 4-5 KM dan medan pasir yang tidak terlalu lembek.
Kamipun berjalan hingga sampai di pos Wembrak saat sudah menjelang subuh, kami yang kelelahan
kemudian makan dan beristirahat. Sebelum beristirahat kami sudah membuat janji dengan Nathan,
untuk pagi hari kami mengikutinya memindahkan telur dari sarang alami ke kandang relokasi akibat
suhu pasir yang sangat tinggi. Pagi hari kami terbangun lalu sarapan, namun sayangnya harapan
kami untuk memindahkan telur penyu ke kandang relokasi tidak terwujud. Hal ini dikarenakan Kaka
Todu sudah memindahkannya sendiri tanpa mengajak kami, kamipun beristirahat hingga jam 12.00
tepat kami berjalan ke arah sektor 9 untuk pulang kembali ke kampung melewati gunung Refun.
Dalam perjalanan pulang inilah kami melihat perlindungan sarang dengan menggunakan
naungan pakis 1 dan 2 lapis, kandang relokasi dan juga sarang yang dilindungi cocomes dari
penelitian seorang mahasiswa tugas akhir. Kami berjalan hingga tiba di kampung Womom jam 2
siang, semua hal yang kami pelajari selama di pantai peneluran bagaikan mengisi kami tentang
penyu belimbing. Perlindungan penyu belimbing bukan hanya sekedar konservasi, tetapi perjuangan
agar tatanan ekosistem dan generasi kedepan masih bisa melihat penyu belimbing. Jangan sampai
kisah tentang penyu belimbing hanya menjadi dongeng dikemudian hari, karena kelak di masa depan
kitalah yang bertanggung jawab dimasa kini. Ini bukanlah sebuah cerita yang istimewah, hanya kisah perjalanan atas rasa penasaran yang mendalam. Demi menemukan sebuah jawaban untuk menuntaskan pertanyaan-pertanyaan tentang hewan purba alias penyu terbesar yakni penyu belimbing.

 


Comments

Popular Posts